Jumat, 11 Juni 2010


KEBIADABAN KRISTEN TERHADAP ISLAM
[ FAKTA SEJARAH ]
Mau Membantah Fakta Sejarah ? Gampang, Pergi Kemasa Lalu Dan Ubah Sejarah, Tapi Apa Mungkin ? Agar tidak dituduh memfitnah, orang kristen punya hak untuk menjawab fakta-fakta HISTORIS kebiadaban kristen mulai dari dahulu,

1. Tahun 630 (8 H). Utusan Nabi Muhammad, Al-Harits ibu Umair al-Azady, yang membawa surat untuk pemimpin Bushro, dihadang dan diculik untuk selanjutnya Mdipenggal lehernya oleh pegawai Romawi atas perintah Kaisar Romawi, Heraklius. Padahal, membunuh duta merupakan kejahatan yang amat sama halnya dengan mengumumkan perang. Akibat kebiadaban kaisar Kristen ini timbullah perang Mut'ah dan perang Tabuk antara umat Islam melawan Kristen Romawi. Inilah konflik pertama kali antara umat Islam dengan orang Kristen. Dan seperti yang terpampang dalam sejarah, Kristen lah yang lebih dulu membunuhi umat Islam.

2. Tahun 1064. Rombongan peziarah Kristen sebanyak 7000 orang yang dipimpin oleh seorang Uskup telah menyerang orang-orang Arab dan Turki di Yerusalem.

3. 15 Juli 1099, Yerusalem ditaklukan. 60.000 orang dibunuh, terdiri dari  orang-orang Yahudi, Muslim, laki-laki, perempuan dan anak-anak. Dilukiskan  oleh saksi mata Kengerian begitu dahsyat: "Kami harus berjalan didalam darah  musuh kami sedalam mata kaki". Akhirnya pada 15 Juli 1099, Yerusalem (Baitul Maqdis) jatuh ke  tangan   pasukan Salib, tercapailah cita-cita mereka. Berlakulah keganasan luar biasa yang belum pernah terjadi dalam
sejarah umat manusia. Kaum kafir Kristen itu telah menyembelih penduduk sipil Islam baik  lelaki, perempuan dan anak-anak dengan sangat ganasnya. Mereka juga membantai orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen yang enggan  bergabung dengan kaum Salib. Keganasan kaum Salib Kristen yang sangat luar biasa itu  telah dikutuk dan diakui oleh para saksi dan penulis sejarah yang terdiri  dari berbagai agama dan bangsa. Seorang ahli sejarah Prancis, Michaud berkata: "Pada saat penaklukan Yerusalem oleh orang Kristen tahun 1099, orang-orang Islam dibantai di  jalan-jalan dan di rumah-rumah. Yerusalem tidak punya tempat lagi bagi orang-orang yang kalah itu. Beberapa orang coba mengelak dari kematian dengan cara mengendap-endap dari benteng, yang lain berkerumun di  istana dan berbagai menara untuk mencari perlindungan terutama di masjid-masjid. Namun  mereka tetap tidak dapat menyembunyikan diri dari pengejaran orang-orang Kristen itu.
Tentara Salib yang menjadi tuan di Masjid Umar, di mana orang-orang Islam coba mempertahankan diri selama beberapa lama menambahkan lagi adegan-adegan yang mengerikan yang menodai penaklukan Titus. Tentara infanteri dan kavaleri lari tunggang langgang di antara para buruan. Di tengah huru-hara yang mengerikan itu yang terdengar hanya rintihan dan jeritan kematian. Orang-orang yang menang itu menginjak-injak tumpukan mayat ketika mereka lari mengejar orang yang coba menyelamatkan diri dengan sia-sia."Raymond d'Agiles, yang menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepalanya sendiri mengatakan: "Di bawah serambi masjid yang melengkung itu, genangan  darah di dalamnya mengenai lutut dan mencapai tali kekang kuda." Aksi pembantaian hanya berhenti beberapa saat saja, yakni ketika pasukan Salib itu berkumpul untuk menyatakan rasa syukur kepada Tuhan mereka Yesus Kristus atas kemenangan mereka. Tapi begitu upacara perayaan itu selesai, pembantaian diteruskan dengan lebih ganas lagi.
Seterusnya Michaud berkata: "Semua yang tertangkap yang disisakan dari pembantaian pertama, semua yang telah diselamatkan untuk mendapatkan upeti, dibantai dengan kejam. Orang-orang Islam itu dipaksa terjun dari puncak menara dan bumbung-bumbung rumah, mereka dibakar hidup-hidup, diseret dari tempat persembunyian bawah tanah, diseret ke hadapan umum dan dikurbankan di tiang gantungan."Selanjutnya Michaud menambahkan: "Air mata wanita, tangisan anak-anak,  begitu juga pemandangan dari tempat Yesus Kristus memberikan ampun kepada para algojonya, sama sekali tidak dapat meredakan nafsu membunuh orang-orang yang menang itu. Penyembelihan itu berlangsung selama seminggu.Beberapa orang yang berhasil melarikan diri, dimusnahkan atau dikurangkan jumlahnya dengan perbudakan atau kerja paksa yang mengerikan."
Archbishop Tyre, saksi mata melukiskan peristiwa itu sbb:
"It was impossible to look upon the vast numbers of the slain without  horror; everywhere lay fragments of human bodies, and the very ground was covered with the blood of the slain. It was not alone the spectacle of  headless bodies and mutilated limbs strewn in all directions that roused the horror of all who looked upon them. Still more dreadful was it to gaze upon  the victors themselves, dripping with blood from head to foot, an ominous  sight which brought terror to all who met them. It is reported that within  the Temple enclosure alone about ten thousand infidels perished."

"Adalah mustahil untuk melihat keatas angka-angka luas yang dibunuh tanpa kengerian; di mana-mana diletakkan bagian-bagian tubuh manusia, dan seluruh lantai telah tertutup oleh darah para korban. Itu tidak sendiri karena  pertunjukan besar tubuh-tubuh tanpa kepala dan terpotong-potong yang ditaburkan di segala jurusan, benar-benar membangunkan kengerian bagi semua  yang melihatnya. Meski demikian yang lebih seram adalah untuk menatap atas para pemenang diri mereka, menitikkan darah seluruh badan, suatu penglihatan  tidak menyenangkan yang membawa teror bagi semua menjumpainya. Itu  dilaporkan di dalam lampiran kuil itu sendiri bahwa sekitar sepuluh ribu orang pengkhianat binasa."

Gustave Le Bon telah mensifatkan penyembelihan kaum Salib Kristen sebagaimana kata-katanya: "Kaum Salib kita yang 'bertakwa' itu
tidak memadai  dengan melakukan berbagai bentuk kezaliman, kerusakan dan penganiayaan, mereka kemudian mengadakan suatu pertemuan yang memutuskan supaya dibunuh  saja semua penduduk Yerusalem yang terdiri dari kaum Muslimin dan bangsa Yahudi serta orang-orang Kristen yang tidak memberikan pertolongan kepada mereka yang jumlahnya mencapai 60.000 orang. Orang-orang itu telah dibunuh  semua dalam masa 8 hari saja termasuk perempuan, anak-anak dan orang tua,  tidak seorang pun yang terkecuali."

Gustave Le Bon dalam bukunya "La Civilisation Islamique er Arabe" hal.407 juga mengatakan, "Kekejaman yang dilakukan oleh tentara salib terhadap kawan  maupun lawan, tentara maupun rakyat sipil, wanita ataupun anak-anak, orang tua maupun anak muda, membuat mereka menduduki tempat teratas dalam sejarah  kekerasan".
Salah seorang saksi sejarah, Robert The Monk, menulis sbb:
"Tentara kami menyerbu seluruh lorong, medan, serta di atas bumbung-bumbung rumah yang bersambungan seperti singa yang kehilangan anaknya. Kami mencabik-cabik anak-anak dengan kejam. Kami membunuh orang tua dan muda dengan pedang. Untuk mempercepat kerja, kami menggunakan satu tali untuk mengantung leher beberapa orang."Tentara merampas dan merampok apa saja yang mereka temukan. Mereka bahkan merobek perut para korban untuk mencari emas dan uang. Apa saja yang ditemukan, mereka rampas. Akhirnya, Bohemond mengumpulkan semua yang selamat, lelaki ataupun perempuan, yang cacat dan tidak berdaya di dalam sebuah istana, dan membunuh mereka semua. Mereka meninggalkan yang muda untuk dijual di pasar budak Antiochia.
Godfrey Hardouinville melaporkan kepada Paus, "Di Yerusalem, umat Islam yang  ditangkap, dibunuh oleh orang-orang kami di halaman kuil Solomon hingga kuil  itu dipenuhi dengan darah yang menggenang sampai ke lutut."
Ahli sejarah Kristen yang lain, Mill, mengatakan: "Ketika itu diputuskan  bahwa rasa kasihan tidak boleh diperlihatkan terhadap kaum Muslimin.  Orang-orang yang kalah itu diseret ke tempat-tempat umum dan dibunuh. Semua kaum wanita yang sedang menyusu, anak-anak gadis dan anak-anak lelaki dibantai dengan kejam. Tanah padang, jalan-jalan, bahkan tempat-tempat yang  tidak berpenghuni di Yerusalem ditaburi oleh mayat-mayat wanita dan lelaki, dan tubuh anak-anak yang terkoyak-koyak. Tidak ada hati yang lebur dalam  keharuan atau yang tergerak untuk berbuat kebajikan melihat peristiwa mengerikan itu." Penaklukan Yerusalem oleh tentara Salib benar-benar diwarnai dengan  pembantaian yang tak pandang bulu (indiscriminate massacre). Kaummuslimin  -meliputi semua umur dan jenis yang tak berdaya- dibantainya.
K. Hitti  menuliskan, "Heaps of heads and hand feet were to be seen throughout the  street and squares of the city." (Tumpukan dari kepala-kepala dan kaki tangan korban pembantaian dipamerkan di jalan-jalan dan di sudut-sudut  kota).

Para ahli sejarah mencatat jumlah korban pembantaian itu sekitar 60.000 sampai 100.000 orang lebih. Peristiwa yang kejam ini, jika dibandingkan dengan penaklukan Shalahuddin al-Ayyubi dalam merebut kembali Yerusalem,  tentu menimbulkan pertanyaan, "Benarkah motivasi agama (Kristen) menjiwai perang ini?".
Karena, berbeda 180 derajat dengan pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Kristen, umat Islam sama sekali tidak melakukan pembantaian balasan ketika merebut kembali Yerusalem dibawah pimpinan Salahuddin Al-Ayyubi. Kristen  membantai sangat banyak umat manusia ketika merebut Yerusalem,
sementara  Islam dibawah pimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi berperilaku jauh lebih mulia dan beradab daripada Kristen ketika merebut Yerusalem kembali. Benar-benar  bertolak belakang sekali memang antara Islam dengan Kristen itu. Sikap Salahuddin ini menambah harum namanya, baik di mata lawan maupun  kawan.
Beberapa sejarawan Barat yang pernah menulis ketinggian pribadinya,  antara lain Stanley Lane Poole. Berikut kisah Shalahuddin Al-
Ayyubi: http://groups.yahoo.com

4. Tahun 1456. Pertempuran Belgrade 1456, 80.000 orang Turki dibunuh oleh orang-orang Kristen. Sampai disini saja entah sudah berapa banyaknya nyawa  umat manusia yang telah dihabisi oleh orang Kristen. Umat Yahudi disembelih,  umat Islam dibantai, bahkan umat seimanpun dihabisi juga oleh Kristen.Kekejaman dan kebiadaban Kristen memang terlalu spektakuler, mungkin sudah menjadi darah daging mereka untuk menghabisi nyawa orang. Buktinya jumlah  manusia yang telah dibunuh oleh orang Kristen berkali-kali lipat lebih  banyak daripada perbuatan sejenis yang dilakukan oleh umat Islam dan agama  lainnya.
5. 3 Juni 1502, terjadilah pembunuhan massal di Kalikut, sebuah
kota  pelabuhan di selatan India yang menjadi pusat perdagangan abad ke-16.  Pembunuhan massal yang terjadi atas para pedagang Arab itu dilakukan oleh Vasco Da Gama seorang pelaut Portugis dan pasukannya. Awalnya, Vasco da Gama atas perintah raja Manuel dari Portugal, melakukan ekspedisi laut untuk  mencapai India, salah satu tujuannya adalah untuk mencari rempah-rempah. Ekspedisi ini menggunakan empat kapal dengan 160 tentara dan pelaut.Mereka mengangkat sauh dari pelabuhan Lisabon tanggal 8 Juli 1497
dan tiba  di pelabuhan Calicut pada tanggal 22 Mei 1498. Sebagaimana imperialis Barat  lainnya, Vasco da Gama dengan segera mengklaim Calicut sebagai  wilayah dagangnya dan timbullah pertentangan dengan para pedagang Arab. Akhirnya, Vasco da Gama memerintahkan pasukannya untuk membunuh massal para pedagang Arab yang berjumlah 800 orang tersebut. Calicut kini telah beralih nama  menjadi Kozhikode.
6. 8 Mei 1621, 14.000 orang di pulau Banda, Maluku dibantai Kristen Belanda. Contoh kongkrit bisa dilacak lewat bukti lembaran sejarah pembantaian bangsa Banda pada tanggal 8 Mei 1621, yang menelan hampir seluruh jumlah penduduk  pulau Banda sebanyak 14.000 orang. Penduduk asli Banda tiada tersisa (Willard A. Hanna; Indonesian Banda Colonialism and its aftermath in the nutmeg island).
7. Tahun 1808-1811. Untuk memperkuat pertahanan di Pulau Jawa, Gubernur Jendral Herman William Daendels memerintahkan pembuatan jalan raya
dengan  kerja paksa (kerja rodi). Jalan itu sangat panjang, 1000 km terbentang dari  Anyer sampai Panarukan. Si Kristen bengis Daendels MEMAKSA rakyat Indonesia  untuk mengerjakan pembuatan jalan raya tersebut tanpa diberi upah. Ribuan  rakyat Indonesia mati menjadi korban dalam pembuatan jalan
tersebut.
8. Tanggal 4 Maret tahun 1823, pasukan Yunani dalam era peperangan melawan tentara Imperium Ottoman, melakukan pembunuhan massal terhadap 12 ribu  muslim di kota Tripolitza. Tentara Yunani dalam pertempuran itu mendapatkan  dukungan dari beberapa negara Eropa.
9. Pada tahun 1830, Van Der Cappelen digantikan oleh Van Den Bosch sebagai Gubernur Jendral di Hindia Belanda. Ia diberi tugas untuk mengisi  kas  keuangan Belanda yang kosong. Setelah memeras otak beberapa lama, Van Den  Bosch menemukan suatu cara. Ia memberlakukan kebijakan Cultur Stelsel atau Tanam Paksa. Tanam paksa menimbulkan penderitaan rakyat yang amat menyedihkan. Beban  rakyat semakin berat. Hasil pertanian pun semakin turun. Rakyat
mengalami kelaparan. Banyak rakyat Indonesia yang mati kelaparan, gara-gara penindasan  Kristen biadab. Sebaliknya, sistem tanam paksa ini menguntungkan Kristen  Belanda. Kas negara Belanda yang tadinya kosong, kini terisi kembali. Hasil  tanam paksa diangkut seluruhnya ke Belanda. Kemudian, hasil tersebut  digunakan untuk membangun negeri Belanda.
10. 10 November 1945, kekejaman penjajah Inggris di Surabaya.Pada bulan November 1945 terjadi perang yang amat sengit antara tentara  Inggris dengan pasukan Indonesia yang mempertahankan pelabuhan dan kota  Surabaya. Sekitar dua minggu pasukan Indonesia yang sebagian besar hanya  bersenjatakan senapan dan bambu runcing melawan tentara Inggeris yang  bersenjata lengkap dan modern dengan dibantu kapal-kapal altileri, angkatan udara dan tank-tank. Peristiwa pemboman atas kota Surabaya pada tanggal 10 November 1945 yang  dilakukan oleh Angkatan Perang Kerajaan Inggris, di mana diperkirakan telah jatuh korban sekitar 30.000 orang Indonesia tewas (beberapa pihak  menyebutkan "hanya" 12.000 korban tewas), yang banyak diantara korbannya  adalah para orangtua, wanita dan anak-anak ... adalah Crimes against  humanity!
Pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, ibukota propinsi Jawa Timur Indonesia, dengan dalih: kematian Brigjen Mallaby, rakyat dan pemuda  menghalangi perlucutan tentara Jepang oleh Sekutu, rakyat dan pemuda tidak  mau menyerahkan tawanan Jepang dan senjatanya kepada Sekutu, pada tanggal 10  Nopember 1945 kota Surabaya dibombardir oleh kapal-kapal Sekutu dari laut  dan pesawat-pesawat tempur mereka dari udara.Ribuan rumah di kota Surabaya hancur dan ribuan mayat bergelimpangan di  mana-mana, berhari-hari Sekutu melakukan serangan tersebut dengan kejam  tanpa pertimbangan perikemanusiaan sama sekali. Tujuan mereka supaya rakyat  dan pemuda minta ampun dan menyerah kepada Sekutu (;Kristen Inggris).

Tetapi rakyat dan pemuda Surabaya dan satuan-satuan bersenjata lainnya yang pantang menyerah dan pantang minta ampun, makin menguatkan tekad dan semangat untuk meneruskan perlawanan bersenjata terhadap siapa saja yang akan memaksakan kembalinya penjajahan di Indonesia.

Perlawanan yang gagah berani, pantang menyerah dan dengan semangat berkobar-kobar dari kaum patriot Indonesia untuk membela tanah airnya  melawan agresor di Surabaya itu membangkitkan semangat perlawanan patriot  Indonesia lainnya di seluruh Indonesia.Atas dasar ideologi dan semangat rakyat dan pemuda Surabaya yang pantang menyerah itulah maka tanggal 10 Nopember dijadikan "Hari Pahlawan" di Indonesia.

Dalam pertempuran Surabaya melawan pasukan Inggris pada bulan November 1945  ini, tidak sedikit peranan pemuda-pemuda Tionghoa dan Arab yang
ikut  berjuang, bahu membahu melawan penyerbuan Kristen Inggris. Berkenaan dengan  pertempuran Surabaya, pada tanggal 12 November 1945, Bung Karno  mengucapkan pidato antara lain

"Ratusan orang Tionghoa dan Arab yang tidak bersalah dan suka damai, yang datang di negeri ini untuk berdagang, terbunuh dan luka-luka berat. Kurban di pihak Indonesia lebih banyak lagi. Saya protes keras terhadap pemakaian senjata modern, yang ditujukan kepada penduduk kota yang tidak sanggup mempertahankan diri untuk melawan".
11. 5 Juli 1962, setelah berjuang selama bertahun-tahun dan mengorbankan sekitar saju juta syuhada, rakyat muslim Aljazair akhirnya berhasil meraih  kemerdekaan mereka.Pada tahun 1830, Prancis datang menyerang Aljazair dengan tujuan
menjadikan negara itu sebagai wilayah jajahannya, namun mendapat perlawanan
keras dari  bangsa Aljazair. Salah satu pejuang kemerdekaan Aljazair yang
terkemuka adalah Amir Abdul Qadir Aljazairi sejak tahun 1932. Pada 18 Februari 1834, tentara Prancis mengalami kekalahan telak
melawan  pasukan Amir Abdul Qadir Aljazairy. Sepertiga tentara Prancis
tewas dalam  pertempuran itu dan setengah dari tentara yang masih hidup menjadi tawanan  perang.

Kristen kolonialis Prancis yang baru pertama kalinya mengalami
kekalahan besar di Afrika, menawarkan perdamaian. Namun, pemimpin perjuangan
rakyat Aljazair, Amir Abdul Qadir Aljazairy itu menolak tawaran damai itu
dan meneruskan perjuangannya sehingga hampir seluruh kawasan Aljazair
berhasil dibebaskan. Namun pada tahun 1836, tentara Prancis kembali
mengalahkan pasukan Abdul Qadir.Pada tanggal 18 November 1839, dimulailah periode kedua perjuangan
rakyat Aljazair melawan penjajahan Prancis. Dalam perang ini, Kristen
Prancis  menambah pasukannya dalam jumlah besar dan menggunakan strategi
penghancuran terhadap basis-basis militer Abdul Qadir.
Selain itu, tentara Prancis juga membuat rakyat kelaparan dengan
cara menghancurkan ladang, kebun buah, dan hewan ternak. Akhirnya, Amir
Abdul Qadir terpaksa menyerah pada tahun 1847 dan dipenjarakan di
Prancis. Dengan kekalahan tersebut, Prancis pun berkuasa penuh atas Aljazair.
Dengan leluasa, Prancis menguras hasil bumi negara ini dan menindas
rakyat Aljazair.Sekitar satu abad kemudian, setelah Perang Dunia Kedua, sekali
lagi rakyat Aljazair memulai perjuangannya melawan penjajahan Prancis. Pada tanggal 31 Juli 1962, barulah Aljazair meraih kemerdekaannya.
12. 19 Juni 1971. Sekitar 70 orang Moro, baik laki-laki, wanita
dan  anak-anak tanpa ampun dibantai oleh kelompok Ilaga Movement yang
dibacking  orang-orang Katolik Biadab dari Militer Filipina pada salah satu
masjid di  Barrio Manili, Carmen Cotabato Utara. Peristiwa yang kemudian
dikenal dengan  Pembantaian Manili ini, membuktikan bahwa peperangan antara bangsa
Moro  melawan Filipina adalah konflik religius. Yaitu kebencian mendalam
Katolik Filipina terhadap agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk
di  Mindanao Selatan. Sampai detik ini total lebih dari 30 ribu muslim
di  Filipina yang tewas menjadi korban kekejaman pemerintah Filipina.
13. Tahun 1982. Pada tanggal 17 September 1982, terjadi pembunuhan
massal  terhadap warga sipil Palestina yang menghuni kamp penampungan
Shabra dan  Shatila di Lebanon oleh kelompok Phalang/Kristen dari Tentara
Lebanon  Selatan (SLA) yang didukung oleh tentara Zionis Israel.Dengan persetujuan Menachem Begin, Perdana Menteri Israel dan atas
perintah Ariel Sharon, Menteri Perang Israel pada waktu itu, pada dini hari
tanggal 17 September, tentara Zionis mengepung kamp pengungsi Shabra dan
Shatila.  Lalu, kelompok Phalang memasuki kamp tersebut dan memperkosa serta
membunuh warga sipil Palestina yang umumnya wanita, anak-anak, dan orang
tua.  Pembunuhan massal ini berlangsung selama 40 jam dan 3300 orang
telah terbunuh.
14. 14-15 April 1986. Selama dua hari Kristen AS atas perintah Presiden Ronald Reagan, -yang sudah mampus dan sedang dalam perjalanan
menuju neraka jahannam- mengebom Tripoli dan Benghazi, kota-kota terpenting di
Libya, yang menewaskan seratus orang menurut pers barat dan enam puluh orang
menurut  laporan resmi Libya, sebagian besar penduduk sipil. Tujuan Kristen biadab AS melakukan pengeboman itu adalah untuk
membunuh Presiden Libya yang berdaulat, Kolonel Muammar Qaddhafy, namun
hasilnya  ternyata meleset. Qaddhafy selamat, namun salah seorang anak
tirinya yang  tidak bersalah berhasil dimampuskan oleh Kristen biadab AS.Berikut bunyi sebuah surat yang cukup mengharukan dari seorang
anak  perempuan Libya berusia tujuh tahun, yang ia tujukan pada presiden
AS Ronald Reagan setelah pengeboman itu. Saudara perempuan satu-satunya
bocah cilik tersebut telah terbunuh akibat pemboman Kristen AS. Tulisan tangan bocah ini

15. Berbagai pembantaian Kristen terhadap Umat Islam terjadi dimana-mana hingga saat ini, negara-negara Muslim di fitnah dan penduduknya di bunuh mulai dari Irak, Palestina, Libya, Chechya, Filipina, Pakistan, Afganistan, Libanon, Maroko, Turki hingga Indonesia.... sampai saat ini.r: both;'/>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar