Minggu, 27 Juni 2010

   BANTAHAN PETRUS TENTANG PENYALIBAN YESUS !!!
Bukti : Penyangkalan Petrus 
Petrus yang Heroik 

Keempat Injil kanonik tersebut sepakat tentang banyak persoalan menyangkut penangkapan Yesus. Keempatnya sepakat bahwa Yesus dan murid-muridnya tengah makan bersama di Yerusalem pada malam terjadinya penangkapan (meskipun Matius, Markus, dan Lukas menggambarkan makanan ini sebagai hidangan
Paskah, sementara Yohanes menggambarkannya sebagai hari sebelum Paskah).2 Lebih jauh, semuanya melihat dengan mata kepala sendiri fakta bahwa Yesus ditangkap pada malam sebelum penyaliban, dan bahwa penangkapannya terjadi di luar tembok kota Yerusalem (yang secara konsisten, tetapi bervariasi, diidentifiaksi sebagai Taman Gethsemane, sebuah tempat di Bukit Zaitun, dan sebuah taman di sisi Lembah Kidron yang jauh dari Yerusalem). Mereka juga memiliki pandangan yang sama bahwa dalam peristiwa penangkapan itu, salah seorang murid Yesus melemparkan pedangnya dan menyerang, dengan maksud untuk membela Yesus. Sementara Yohanes mengidentifikasi murid ini sebagai Petrus (Simon bar Jonah),3 Matius, Markus, dan Lukas tidak menyebutkan namanya.  

 
Setelah mengucapkan kata-kata ini, ia pergi bersama murid-muridnya melintasi lembah Kidron menuju suatu tempat di mana terdapat sebuah taman, yang pernah dimasukinya bersama murid-muridnya. Kini Yudas, yang mengkhianatinya, juga mengetahui tempat itu, karena Yesus sering bertemu dengan murid-muridnya di sana. Demikianlah Yudas membawa satu detasemen pasukan bersama dengan pengawal para pendeta ketua dan kaum Pharisi, mereka datang ke sana dengan membawa lampu dan obor serta senjata. Kemudian Yesus, karena mengetahui segala yang akan terjadi padanya, melangkah ke depan dan bertanya kepada mereka, "Siapakah yang kalian cari?" Mereka menjawab, "Yesus dari Nazareth". Yesus menjawab, "Akulah orangnya." Yudas, mengkhianatinya, berdiri bersama mereka. Ketika Yesus berkata kepada mereka, "Akulah orangnya", mereka melangkah muncul dan jatuh ke tanah. Lagi-lagi ia bertanya kepada mereka, "Siapakah yang kalian cari?" Dan mereka menjawab, "Yesus dari Nazareth". Yesus pun menjawab, "Sudah kukatakan bahwa akulah orangnya. Jadi jika kalian mencari aku, biarkanlah orang-orang ini pergi". Ini untuk melengkapi kata yang telah ia ucapkan, "Aku tidak boleh kehilangan seorang pun dari orang-orang yang telah kalian berikan kepadaku". Kemudian Simon Petrus, yang memiliki pedang, menariknya, menyerang salah seorang pengawal pendeta tinggi, dan memotong telinga kanannya. Nama budak itu adalah Malchus. Yesus berkata kepada Petrus, "Masukkan kembali pedangmu ke dalam sarungnya. Apakah aku tidak boleh minum dari piala yang telah diberikan Bapa kepadaku?" Demikianlah para tentara, pejabat mereka, dan pengawal Yahudi menangkap Yesus dan mengikatnya.4

 
Dalam laporan Yohanes di atas Yudas Iskariot, murid yang konon mengkhianati Yesus, memimpin sekelompok orang bersenjata untuk menangkap Yesus. Yohanes mengidentifikasi orang-orang bersenjata untuk menangkap Yesus. Yohanes mengidentifikasi orang-orang bersenjata ini sebagai "satu detasemen pasukan" dan "pengawal para pendeta ketua dan kaum Farisi".5 Identifikasi sebelumnya mengisyaratkan bahwa para anggota legium Roma berada di bawah arahan para pejabat Yahudi, dengan maksud untuk membantu penangkapan Yesus. Identifikasi kemudian dengan jelas menunjuk pada pasukan pengawal Kuil. 

Dalam menghadapi otoritas yang lebih banyak jumlah dan bersenjata ini, salah seorang murid memperjuangkan haknya. Petrus dengan berani menarik pedangnya, dan seorang menyerang banyak pasukan bersenjata yang terdiri dari para tentara dan pengawal profesional yang bersiap-siap melawannya. Ia sudah tahu bahwa tidankan heroisme ini akan mengantarkannya pada kematian, tapi dia lebih berkeinginan untuk mengorbankan hidupnya demi menyelamatkan Yesus. Namun, Petrus baru mampu mengayunkan padangnya sekali, yang memotong telinga Malchus, seorang pengawal pendeta tinggi, sebelum Yesus menghentikannya. Setelah menghentikan pertempuran itu sebelum benar-benar dimulai, Yesus menyerahkan dirinya pada pasukan penangkap, dan murid-muridnya kemudian lari menembus gelapnya malam.
6 (Lukas menambahkan bahwa Yesus menyembuhkan telinga Malchus).7
Petrus yang Pengecut 

Setelah penangkapannya, Yesus diserahkan kepada Annas, ayah-mertua Kayafas, pendeta tinggi Yahudi, kemudian kepda Kayafas;
8 atau langsung kepada Kayafas.9 Tidak seperti murid-murid yang lain, Petrus yang selalu setia dan heroik mengikuti dari jarak jauh, kemudian memasuki halaman luar.10 Di sana, Petrus menunggu keputusan atas takdir Yesus. 

Namun, sementara Petrus berdiri di halaman itu, pada pengarang empat injil kanoik akan membuat pembaca percaya bahwa Petrus telah berputar haluan spenuhnya. Mereka akan meyakinkan pembaca bahwa Petrus yang heroik, yang telah menyerang para anggota legiun Roma dan penjaga Kuil seorang diri, dan yang mempertaruhkan nyawanya untuk mengikuti Yesus ke halaman luar, tiba-tiba menjadi seorang pengecut, karena ia tiga kali menyangkal penisbahan apapun dengan Yesus sebelum ayam jantan berkokok pagi itu. Karena ungkapan pasti penyangkalan-penyangkalan Petrus demikian penting, maka keempat cara injil tersebut disuguhkan secara langsung di bawah ini : 

Laporan Matius mengenai penyangkalan-penyangkalan Petrus : 

 
Kini Petrus duduk di luar di halaman gedung. Seorang gadis pelayan menghampirinya dan berkata, "Engkau juga bersama Yesus, orang Galilea". Namun, ia menyangkalnya di haapan mereka semua, dengan mengatakan, "Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan". Ketika ia keluar menuju serambi, seorang gadis-pelayan lain melihatnya, dan gadis itu berkata kepada orang-orang di sana yang menyaksikan kejadian itu, "Orang ini bersama Yesus dari Nazaret". Setelah sesaat menunggu orang-orang itu menghampiri dan berkata kepada Petrus", "Tentunya kamu juga salah seorang dari mereka, karena aksenmu mengungkapkan siapa kamu sebenarnya". "Aku tidak mengenal orang itu!" Pada saat itu ayam jantan berkokok. Kemudian Petrus ingat apa yang pernah dikatakan Yesus, "Sebelum ayam jantan berkok, engkau akan menyangkalku tiga kali". Lalu ia pun keluar dan menangis sejadi-jadinya.11

Laporan Lukas : 
Ketika mereka menyalakan api unggun di tengah-tengah halaman itu dan duduk bersama, Petrus pun duduk di antara mereka. Kemudian menatapnya dan berkata, "Orang ini juga bersamanya". Tetapi ia menyangkalnya, dengan mengatakan, "Nona, aku tidak mengenalnya". Sejenak kemudian orang lain, ketika melihatnya, berkata, "Kamu juga salah satu dari mereka!" Tetapi Petrus berkata, "Tuan, aku bukan salah satu dari mereka!" kemudian sekitar satu jam kemudian, ada orang lain yang tetap bersikukuh, "Tentu saja orang ini juga bersamanya; karena ia adalah orang Gallilea." Tetapi Petrus berkata, "Tuan, aku tidak mengerti apa yang kami bicarakan!" Pada saat itu, sementara ia masih berbicara, ayam jantan berkokok. Tuhan berpaling dan memandang Petrus. Kemudian Petrus ingat akan sabda Tuhan, bagaimana dia telah berkata kepada Petrus, "Sebelum ayam jantan berkokok hari ini, engkau akan menyangkalku tiga kali". Lalu ia pun keluar dan menangis sejadi-jadinya.12

Penuturan Markus : 
Sementara Pertus berada di halaman, salah seorang gadis-pelayan pendeta tinggi melintas. Ketiga gadis itu melihat Petrus yang tengah menghangatkan diri, ia menatapnya dan berkata, "Kamu juga bersama Yesus, orang dari Nazareth". Tetapi ia menyangkalnya, dengan mengatakan, "Aku tidak tahu atau mengerti apa yang kamu bicarakan". Dan iapun keluar menuju halaman depan. Kemudian ayam jantan berkokok. Dan gadis-pelayan itu, sambil memandanginya, mulai lagi berkata kepada orang-orang yang menyaksikannya, "Orang ini adalah salah satu dari mereka". Tetapi lagi-lagi ia menyangkal. Kemudian setelah sesaat orang-orang yang menyaksikan itu berkata kembali kepda Petrus, "Tentu saja kamu adalah salah satu dari mereka; karena kamu adalah orang Galilea". Tetapi ia mulai mengutuk, dan mengucapkan sumpah, "Aku tidak mengenal orang yang kalian bicarakan". Pada saat itu ayam jantan berkokok untuk kedua kalinya. Kemudian Petrus ingat bahwa Yesus pernah berkata kepadanya, "Sebelum ayam jantan berkokok dua kali, engkau akan menyangkalku tiga kali". Lalu ia pun jatuh dan menangis.13

Terakhir, laporan Yohanes : 
Perempuan itu berkata kepada Petrus, "Bukanlah engkau salah seorang dari murid orang ini?" Petrus berkata, "Bukan". Kini para budak dan pengawal telah menyalakan kayu bakar karena cuaca sangat dingin, dan mereka berdiri mengelilinginya untuk menghangatkan diri. Petrus juga berdiri bersama mereka untuk menghangatkan diri ? Kini Simon Petrus berdiri dan menghangatkan diri. Mereka bertanya kepadanya, "Bukanlah engkau adalah salah seorang muridnya,?" Petrus menyangkalnya dan berkata, "Bukan". Salah seorang budak pendeta tinggi, seorang kerabat dari orang yang telinganya dipotong Petrus, bertanya, "Bukankah aku pernah melihatmu di taman besamanya?" Lagi-lagi Petrus menyangkalnya, dan pada saat itu ayam jantan berkokok.14


 
Yang Disangkal Petrus 

Dalam mempertimbangkan empat versi kejadian yang konon sama ini, kita harus secara saksama mempertimbangkan apa saja yang diangkal Petrus. Untuk itu, Tabel 1 disuguhkan di bawah ini. 

Tabel 1 : Dakwaan-dakwaan (A) yang disangkal Petrus (D) 

Mt1 A : Engkau besama Yesus, orang Galilea. 
D : Aku tidang mengerti apa yang kamu bicarakan. 

Mt2 A : Orang ini bersama Ysus dari Nazaret. 
D : Aku tidak mengenal orang itu. 

Mt3 A : Engkau adalah salah satu dari mereka, karena aksenmu mengungkapkannya siapa kamu sebenarnya. 
D : Aku tidak mengenal orang itu. 

L1 A : Orang ini juga bersamanya. 
D : Aku tidak mengenalnya. 

L2 A : Engkau adalah salah satu dari mereka 
D : Tuan, aku bukan salah satu dari mereka. 

L3 A : Orang ini juga bersamanya. 
D : Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan. 

M1 A : Engkau bersama Yesus dari Nazaret. 
D : Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan. 

M2 A : Orang ini adalah salah satu dari mereka. 
D : Tetapi lagi-lagi ia menyangkalnya. 

M3 A : Engkau adalah salah seorang dari mereka; karena engkau orang Galilea. 
D : Aku tidak mengenal orang ini. 

J1 A : Engkau adalah salah seorang murid orang ini. 
D : Bukan 

J2 A : Engkau adalah seorang muridnya. 
D : Bukan 

J3 A : Bukanlah aku pernah melihatmu di taman itu bersamanya. 
D : Petrus menyangkalnya. 
Keterangan:

Mt1, Mt2, & Mt3 = dakwaan ke-1, ke-2, dan ke-3 dan penyangkalan-penyangkalan yang dilaporkan oleh Matius. 

L1, L2, & L3 = dakwaan ke-1, ke-2, dan ke-3 dan penyangkalan-penyangkalan yang dilaporkan oleh Lukas. 

M1, M2, & M3 = dakwaan ke-1, ke-2, dan ke-3 dan penyangkalan-penyangkalan yang dilaporkan oleh Markus. 

J1, J2, & J3 = dakwaan ke-1, ke-2, dan ke-3 dan penyangkalan-penyangkalan yang dilaporkan oleh Yohanes. 

Sebagai lanturan singkat, harus diingat bahwa keempat injil kanonik sepakat bahwa Petrus melakukan tiga penyangkalan, dan mereka juga sekapat dalam melaporkan tiga dakwaan. Namun demikian, injil-injil kanonik tidak sepakat soal dakwaan-dakwaan tersebut. Mungkin sekali data yang disuguhkan pada Tabel 2 bisa diikhtisarkan menjadi dakwaan-dakwaan berikut : (1) Petrus bersama Yesus, orang Galilea (Mt1); (2) Petrus bersama Yesus dari Nazaret (Mt2, M1); (3) Petrus bersama "mereka", dimana konteksnya menunjukkan bahwa mereka "merujuk" pada orang-orang Galilea dan/atau kepada murid-murid Yesus dari Nazaret (Mt3, M2, M3); (4) Petrus bersama murid-murid dari orang yang tengah diadili (L2, J1, J2); (5) Petrus bersama orang yang tengah diadili (L1, L3); dan (6) Petrus pernah berada di taman bersama orang yang tengah diadili (J3). Dalam membuat ikhtisar dari enam dakwaan ini, kita harus berhati-hati agar tidak menimbulkan prasangka, yaitu, kita tidak bisa mengasumsikan bahwa Yesus dari Nazaret adalah orang yang tengah diadili, tetapi kita harus melihat langsung pada pernyataan-pernyataan yang dilibatkan. 

Sebagaimana bisa dilihat, Lukas dan Yohanes mewakili satu kubu, dimana penyangkalan-penyangkalan Petrus secara spesifik diarahkan pada orang yang tengah diadili atau diinterogasi. Sederhananya, Petrus menyangkal penisbahan apa pun dengan orang yang tengah diadili atau diinterogasi. Bagaimana jika orang itu bukan Yesus Kristus? Bagaimana jika Yudas ditangkah alih-alih Yesus Kristus (Injil Barnabas), bagaimana jika pengganti lain atau
simulacrum Yesus Kristus ditangkap sebagai pengganti Yesus Kristus (Wahyu Petrus, Risalah Kedua Set Agung, dan Perbuatan perbuatan Yohanes)? 

Dalam kasus ini, penyangkalan-penyangkalan Petrus sepenuhnya benar. Dalam kasus ini juga tidak ada kontradiksi yang membingungkan, yang konon hanya berselang beberapa jam, antara : kesediaan Petrus untuk bertarung seorang diri melawan para tentara Roma dan penajga Kuil, yang mengisyaratkan keberaniannya yang heroik dan imannya yang teguh; dan penyangkalan-penyangkalan Petrus, yang mengisyaratkan kepengecutan dan kurangnya iman. Singkatnya, ada hipotesis bahwa pembacaan superfisial atas injil-injil kanonik salah-merepresentasikan penyangkalan-penyangkalan Petrus menjadi penyangkalan terhadap Yesus Kristus, padahal kenyataannya, Petrus hanya menyatakan "Aku tidak mengenal orang ini", dimana "orang ini" mungkin saja bukan Yesus Kristus. Jika dibaca dalam arti mempertahankan konsistensi penggambaran Petrus dalam injil-injil kanonik, maka penyangkalan-penyangkalan Petrus merefleksikan sebuah penyangkalan bahwa orang yang tengah diadili dan/atau diintegogasi adalah Yesus Kristus. 

Namun demikian, bagaimana dengan laporan Matius dan Markus? Di sini kita menemukan penyangkalan-penyangkalan danlam konteks frasa-frasa semacam "Yesus orang Galilea", "Yesus dan Nazaret", dan "Yesus, orang dari Nazaret". Satu pilihan adalah menghilangkan frasa-frasa ini sebagai elaborasi yang kemudian dan keliru atas catatan awal, sebagaimana dipertahankan dalam Lukas dan dalam Yohanes. Tentu saja, pilihan berkaitan dengan banyak hal yang dipertimbangkan dan tidak bisa dihilangkan begitu saja. Namund emiukian, ada juga pilihan kedua, yang didasarkan pada pengujian kata-kata kunci "orang Galilea" dan "Nazaret", dalam hal ini diungkapkan bahwa sebagian besar pembaca superfisial atas Alkitab menyamakan "orang Galilea" engan "orang dari wilayah geografis Galiles", yang ditunjukkan sebagai yesus Kristus. Sama halnya. Sebagian besar pembaca semacam ini menyamakan "Nazaret" dengan sebuah kota di Galilee, yang oleh Alkitab ditunjukkan bahwa di kota itulah Yesus Kristus dibesarkan. Namun, kedia istilah ini memilki makna-makna alternatif yang sangat berbeda selama paruh pertama abad pertama Masehi.  
Yahudi pada Abad Pertama Masehi  
Selama paruh pertama abad pertama Masehi, Yahudi terpecah-belah menjadi banyak sekte keagamnaan dan poitik. Sebagian daftar sekte-sekte ini dan pembagian-pembagiannya yang beragam mencakup: Saduki (Zadokite); Hasidisme (kelompok yang menjadi akar Pharisi dan Essenes); Farisi (Perishaiya); Zealot; Hasmonea; Sikarii; Essene; Haridia; Nazorea (Nazarite atau Nazirite); dan kelompok Galilea.
15 Hanya dalam konteks inilah istilah semacam "Yesus orang Galilea", "Yesus, orang dari Nazaret", bisa dipahammi sepenuhnya dengan tepat.  
ORANG-ORANG GALILEA 

Jika kita harus memperingkatkan berbagai sekte dan sebsekte Yahudi ini menurut dimensi kultural-politis, maka poros kiri-kanan akan dilabuhkan sebagai berikut. Ujing kiri (
the far left) akan menunjukkan penerimaan terhadap, dan akomodasi dengan, kebudayaan Helenistik dan dengan kekuasaan Roma, dan ujung kanan (the far right) merupakan penolakan total terhadap kebudayaan Helenistik dan kekuasaan Roma, yang dirangkaikan dengan cita-cita nasionalistik ekstrem. Mengingat poros dan definisi ini, maka kaun Saduki akan menduduki ujung kiri, kaum farisi akan menduduki posisi tengah yang bertumpu pada sisi kanan, sedangkan kaum Zelot dan Hasmonea akan menempati posisi ujung kanan.16

Kelompok ujung kananlah yang secara konsisten melahirkan gerakan-gerakan revolusioner melawan kekuasaan Roma. Secara tipikal, kelompok-kelompok dari ujung kanan disebut kelompok Zelot, dimana Zelot menjadi sebuah kata yang mengandung banyak makna, yang mencakup pelbagai macam kelompok dan subkelompok, termasuk kelompok Sikarii (dari kata Yunani
sikarioi yang berarti manusia-manusia belati, dan menunjukkn salah satu subkelompok Zelot, yang merupakan para pembunuh17) dan kelompok Galolea. Alkitab menunjukkan bahwa setidaknya ada dua murid Yesus yang berasal dari ujung kanan dalam spektrum kultural dan politiknya: Simon, sang Zelot,18 dan Yudas Iskariot (Sikarii).19 

Sebagaimana dijelaskan di atas, gerakan Zelot mewakili poros kultural-politik ujung kanan dalam agama Yahudi pada abad pertama Masehi. Namun demikian, identifikasi seseorang sebagai seorang Zelot hanya bisa sedikit menjelaskan perosalan orientasi-keagamaan sebenarnya orang itu. Sebagai kaum Zelot adalah quasisekuler, dan yang lainnya melaksanakan tradisi keagamaan Yahudi secara mendalam. Di antara kelompok Zelot kemudian, terdapat subkelompok yang dikenal sebagai Orang Galilea (
the Galileans).20 Asal-muasal sejarah kelompok Galilea adalah sebagai berikut : 

Pada tahun 6 M, Quirinius, seorang senator Roma berpangkat Konsuler, ditunjuk menjadi gubernur Suriah oleh Kaisr Agustus.
21 Salah satu tugas awalnya adalah melaksanakan sensus di Palestina untuk mendata kepemilikan guna menciptakan aturan pajak yang tepat.22 Sementara sebagian besar orang Yahudi di Palestina menyepakati sensus ini, faksi pembangkang Yahudi, yang dipimpin oleh Yudas Gamala (yang juga dikenal sebagai Yudas, orang Galilea) melakukan pemberontakan terbuka terhadap sensus itu berarti persetujuan oleh orang-orang Yahudi bahwa orang-orang pagan (penyembah berhala, pen) memiliki hak untuk memerintah Palestina; dan bahwa sudah waktunya bagi orang-orang Yahudi untuk menegakkan negara teokratik mereka sendiri.23 Pemberontakan Yudas, orang galilea, hanya berlangsung sebentar. Yudas terbunuh, dan para pengikutnya berpencar untuk sementara.24 Namun demikian, pemberontakan Yudas, orang Galilea, merupakan awal-lahirnya gerakan Zelot, dan utamanya bagian dari gerakan Zelot yang dikenal sebagai kelompok Galilea (the Gallileans).25

Mengikuti pemberontakan Yudas - orang Galilea yang gagal - kelompok Galilea terus-menerus terlibat dalam aksi-aksi perang gerilya melawan Roma, yang semakin meningkat intensitasnya selama beberapa dasawarsa antara tahun 6 dan 70 M. pada tahun 44 M, aktivitas-aktivitas revolusioner dan para militer kelompok Galilea ini mengantarkan pada penyaliban Yakobus dan Simon, putra-putra Yudas, orang Galilea, atau perintah Tiberius Aleksander, pejabat Yudaea. Akhirnya, pada tahun 66 M, Manhem, putra Yudas yang lain, orang Galilea, memimpin kelompok Galilea dan Zelot dalam pemberontakan terbuka melawan Roma. Menahem dan para pengikutnya merampas gudang senjata di Masada, kemudian berjalan menuju Yerusalem. Setelah menguasai sebagian besar Yerusalem, Menahem, orang yang berpretensi menjadi raja, menerapkan kekuasaan despotik, dan membunuh Ananias, pendeta tinggi Yahudi. Namun, Menahem kemudian dibunuh oleh Eleazar, putra Ananias di kuil Yerusalem. Para pengikut Menahem kemudian melarikan diri kembali ke Masada, di bawah komando Eleazar yang lain, yang merupakan keturunan Yudas, oleh Galilea. Di Masada, pemberontakan Yahudi berlanjut hingga tahun 73 M, ketika para penduduk Masada yang terkepung melakukan bunuh-diri massal, dengan maksud agar tidak tertangkap oleh tentara Roma yang mengepung mereka.
26 

Berdasarkan catatan di atas, kita sekarang bisa memahami bahwa didentifikasi "Yesus orang Galilea" tidak bisa secara otomatis disamakan dengan "Yesus dari wilayah geografis Galilee". Mengingat konteks waktunya, maka identifikasi yang lebih mungkin adalah "Yesus, seorang anggota kelompok Galilea yang terdiri atas para pemberontak paramiliter". Yesus ini jelas sekali bukanlah Yesus Kristus, dan penyangkalan Petrus atau Yesus ini tentu saja benar.  
Orang Nazorea 

Di antara dakwaan-dakwaan yang ditujukan terhadap Petrus, salah satunya menyebutkan "Yesus dari Nazaret",
27 dan satu lagi menyebutkan "Yesus, orang dari Nazaret".28 Pernyataan pertama sebenarnya merupakan terjemahan yang salah-arah dari kata Yunani Nazorean,29 sedangkan pernyataan kedua merupakan terjemahan yang salah-arah dari istilah Yunani Nazarene.30 Istilah Yunani Nazorean dan Nazarene merupakan transliterasi (Nazarenoi atau Nazoraioi) dari kata bahasa Arama Nasren atau Nasraya, yang berarti para pemelihara.31 Pada gilirannya, kata bahasa Arama itu bisa ditelusuri kembali pada istilah Nazir dalam bahasa Ibrani, yang berarti suci, kudus, atau pemantang.32 Jika sekte-sekte dan subsekte-subsekte agama Yahudi pada abad pertama Masehi dijajarkan pada poros keagamaan, dimana kutub kiri mewakili liberalisme Yahudi, dan kutub kanan mewakili konservatisme religius, maka kaum Farisi akan berada di tengah-tengah, sedangkan kaum Essene dan Nazorea akan berada di ujung kanan. 

Jadi, siapakah, dan apakah sebenarnya, orang-orang Nazorea itu? Sederhananya, mereka adalah kelompok yang sama yang dirujuk dalam Perjanjian Lama sebagai orang-orang Nazarite atau Nazirite. Nazarite atau Nazorea adalah seseorang yang melaksanakan sumpah pemantangan dan kesetiaan penuh kepada Hukum Musa, dimana sumpah semacam ini bisa berlaku selama hidup atau untuk jangka waktu trertentu.
33 Aturan-aturan khusus yang mengatur periode menjadi seorang Nazarite atau Nazorea disebutkan satu per satu dalam Kitab Bilangan 6:1-21 dalam Alkitab, tetapi tidak diulangi dalam bab ini. Namun demikian, dijelaskan bahwa orang-orang Nazarite atau Nazorea dicirikahasi dengan penolakan mereka untuk memotong rambut, dengan pemantangan mutlak terhadap alkohol dan seluruh minuman yang berasal dari anggur, dengan penolakan mutlak untuk berada dekat jenazah, dan sebagainya. Tokoh-tokoh alkitabiah termasyur yang diidentifikasi sebagai orang-orang Nazarite atau Nazorea antara lain : Samson;34 Samuel;35 mungkin Yohanes (Yahya) Sang Pembaptis,36 mungkin juga James, imam pertama gereja Kristen di Yerusalem;37 dan untuk sementara Paulus.38 Namun demikian, penggambaran alkitabiah mengenai Yesus Kristus sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan penggambaran tentang seorang Nazorea, karena seorang Nazorea tidak akan pernah menerima apapun yang berasal dari buah anggur, dan tidak bisa mendekati Lazarus yang sudah meninggal, yang oleh Yesus, melalui kekuasaan Allah, konon dibangkitkan dari kematian.39

Mengingat pembahasan di atas, penyangkalan Petrus untuk diasosiasikan dengan Yesus, orang Nazorea, tampaknya merupakan pernyataan yang benar, karena Yesus orang Nazorea bukanlah Yesus Kristus. Penting dicatat bahwa seorang Nazorea mungkin juga adalah seorang Galilea, tetapi itu tidak pernah terjadi. (Selain itu, dijelaskan bahwa dalam keterangan yang dikutip sebelumnya dari Yohanes 18:1-12, frasa "Yesus dari Nazaret" seharusnya dibaca "Yesus, orang Nazorea", karenanya menimbulkan kemungkinan bahwa Yesus Kristus mungkin tidak pernah ditangkap di tempat pertama). 
Nama "Yesus" 

Selama abad pertama Masehi, Yesus (terjemahan bahasa Yunani dari
Joshua) merupakan nama yang sangat populer di Palestina. Misalnya, dari 28 pendeta tinggi Yahudi dari zaman Herod Agung hingga penghancuran Kuil, empat di antaranya diberi nama Yesus (Yesus putra Phabet atau Phiabi, Yesus putra Sek atau Sie, Yesus putra Dameneus, Yesus putra Gameliel).40 Dengan menggunakan daftar pada pendeta tinggi Yahudi ini sebagai contoh representatif dari nama lelaki di Palestina pada abad pertama Masehi, mungkin ada sekitar 14% penduduk laki-laki yang diberi nama Yesus. Jelasnya, tidaklah terlalu sulit untuk membayangkan bahwa Yesus kedua adalah orang yang diinterogasi pada malam sebelum penyaliban, bahwa orang inilah yang disangkal Petrus, dan bahwa orang inilah yang akan disalib pada hari berikutnya. 
Ikhtisar 

Penyangkalan Petrus menyuguhkan injil-injil kanonik dengan dua pilihan yang sama sekali tidak berkaitan. (1) Dalam selang hanya beberapa jam, Petrus berubah dari seorang tokoh heroik yang memiliki keberanian tiada tara menjadi seorang pengecut, yang secara verbal menyangkal afiliasinya dengan Yesus Kristus dalam tiga saat berbeda dengan jeda yang begitu cepat. Senyatanya, penggambaran Petrus ini cenderung mengganggu imajinasi. (2) Petrus berterus-terang dan jujur dalam menyangkal afiliasinya, baik dengan orang tak-dikenal, atau dengan pemberontak paramiliter dan penganut Yahudi sayap-kanan ekstrem, yang bernama Yesus. Dengan mengasumsikan bahwa orang itu memang tidak dikenal, maka penyangkalan Petrus Penyangkalan Petrus menjadi cukup sesuai dengan bukti dari kitab-kitab apokrif yang disuguhkan sebelumnya. Dengan mengasumsikan bahwa orang tersebut memang seorang pemberontak paramiliter yang beranama Yesus, maka penyangkalan Petrus sejalan dengan kisah tentang pelepasan Barabbas yang diuraikan di bawah.

READ MORE - r: both;'/>

Minggu, 20 Juni 2010

Penganiayaan oleh Paus & Inkuisisi (1208-1834)



Penganiayaan oleh Paus


Sampai sekitar abad ke-12, sebagian besar penganiayaan terhadap orang-orangyang percaya kepada Kristus yang sejati datang dari dunia kafir, tetapi sekarang gereja di Roma membuang kebenaran Alkitab, perintah untuk mengasihi, dan mengambil pedang untuk melawan semua orang yang menentang doktrin dan tradisi palsu yang makin menjadi bagian darinya sejak zaman Konstantinus. Selama masa itu Gereja Roma menyimpangjauh dari kepercayaan ortodoks yang menyebabkan banyak orang menjadi martir. Gereja mulai menyingkirkan kekudusan, kesalehan, kerendahhatian, kemurahan, dan belas kasihan; mengambil tradisi dan doktrin yang secara material, fisik, serta sosial menguntungkan bagi para imam dan memberi mereka dominasi total dalam semua masalah gereja. Orang yang tidak setuju dengan mereka atau doktrin mereka dicap bidat yang harus dibawa masuk pada kesepakatan dengan Gereja Roma dengan kekuatan apa pun yang dibutuhkan; dan jika bidat itu tidak bertobat serta bersumpah setia kepada paus dan wakil gereja, mereka harus dihukum mati. Mereka membenarkan tindakan horor yang mereka lakukan dengan mengutip secara paksa ayat-ayat Perjanjian Lama dan dengan mengacu pada Augustinus, yang telah menafsirkan Lukas 14:23 sebagai ayat pendukung penggunaan kekuatan terhadap bidat. "Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk karena rumahku harus penuh. "


Selama beberapa abad Gereja Roma mengamuk di seluruh dunia seperti binatang buas yang kelaparan dan membunuh ribuan orang yang percaya kepada Kristus yang sejati, menyiksa, dan memotong tangan atau kaki ribuan orang lagi. Ini merupakan "Zaman Kegelapan" gereja. Kelompok Waldenses di Prancis merupakan korban pertama amukan penganiayaan Paus.

Sekitar tahun 1000 M, ketika cahaya Injil yang sejati hampir padam oleh kegelapan dan takhayul, beberapa orang yang melihat dengan jelas bahaya besar yang sedang mengancam gereja, mengambil keputusan untuk menunjukkan cahaya Injil dalam kemurniannya yang nyata dan untuk menghalau awan-awan yang ditimbulkan oleh imam-imam yang penuh tipu daya untuk membutakan orang-orang dan menyembunyikan terangnya yang sejati. Usaha ini dimulai dengan seorang yang bernama Berengarius, yang dengan berani memberitakan Injil yang kudus, sejelas yang ditunjukkan dalam Alkitab. Sepanjang bertahun-tahun berikutnya orang-orang lain membawa obor kebenaran dan membawa terang kepada ribuan orang sampai pada tahun 1140 M, ada begitu banyak orang percaya yang mengalami reformasi sehingga Paus merasa khawatir dan menulis kepada banyak pangeran bahwa mereka harus menyingkirkan orang-orang itu dari kerajaan mereka. Ia juga menyuruh banyak pejabatnya yang berpendidikan paling tinggi untuk menulis surat menentang mereka.



Kelompok Waldenses


Sekitar tahun 1173, Peter Waldo, atau Valdes, seorang pedagang Lyon yang kaya, yang terkenal karena kesalehan dan pengetahuannya, memberikan hartanya kepada orang-orang miskin dan menjadi pengkhotbah keliling. Ia adalah penentang yang kuat terhadap kemakmuran dan penindasan paus. Tak berapa lama sejumlah besar orang yang telah mengalami pembaruan di Prancis bergabung dengannya - mereka kemudian dikenal sebagai kelompok Waldenses. Pertama -tama, Waldo berusaha menyadarkan paus karena ia berpikir bahwa paus bisa memengaruhi gereja di Roma, tetapi ia justru dikucilkan karena dianggap bidat pada 1184.

Waldo dan para pengikutnya kemudian mengembangkan gereja yang terpisah dengan imamnya sendiri. Mereka mengkhotbahkan disiplin keagamaan dan kemurnian moral, berbicara keras menentang imam yang tidak pantas dan penyelewengan di gereja, dan menolak pengambilan nyawa manusia dalam kondisi apa pun. Namun, Gereja Roma tidak mengizinkan bidat semacam itu untuk diajarkan maka pemisahan dari Roma tidak bisa dicegah lagi. Jadi pada 1208 M, Paus mengesahkan perang terhadap ke1ompok Waldenses dan kelompok reformed lainnya, terutama Albigenses.

Pada tahun 1211, delapan puluh pengikut Waldo ditangkap di kota Strasbourg, diperiksa oleh penyidik yang ditunjuk oleh Paus dan dibakar di tiang. Tidak lama sesudahnya, sebagian besar ke1ompok Waldenses menarik diri ke lembah Alpine di Italia utara dan tinggal di sana. Waldo meninggal tahun 1218; masih mengkhotbahkan Injil Kristus yang sejati.



Penganiayaan Kelompok Albigenses


Ke1ompok Albigenses adalah orang-orang yang menganut ajaran dualistis, yang tinggal di Prancis bagian se1atan pada abad ke-12 dan ke-13. Mereka mendapatkan nama itu dari kota Prancis, Albi, yang merupakan pusat gerakan mereka. Mereka tinggal dengan peraturan etika yang ketat dan banyak tokoh menonjol di an tara anggota mereka, seperti The Count of Toulouse, The Count of Foix, The Count of Beziers, dan yang lain yang memiliki pendidikan serta tingkat yang setara. Untuk menekan mereka, Roma pertama-tama mengirim biarawan Cistercian dan Dominikan ke wilayah mereka untuk meneguhkan kembali ajaran paus, tetapi tidak berguna karena ke1ompok Albigenses tetap setia dengan doktrin reformed.

Bahkan an cam an Konsili Lateran yang kedua, ketiga, dan keempat (1139,1179, 1215) - yang memutuskan pemenjaraan dan penyitaan harta benda sebagai hukuman atas bidat dan untuk mengucilkan para pangeran yang gagal menghukum penganut bidat - tidak menyebabkan ke1ompok Albigenses kembali ke pangkuan Roma. Dalam Konsili Lateran III, pada 1179, mereka dikutuk sebagai bidat oleh perintah Paus Alexander III. Ini adalah paus yang sama yang mengucilkan Frederick I, Kaisar Romawi yang Kudus, RajaJerman dan Italia, pada 1165. Kaisar se1anjutnya gagal menaklukkan otoritas paus di Italia dan dengan demikian mengakui supremasi paus pada tahun 1177.

Pada tahun 1209, Paus Innocentius III menggunakan pembunuhan biarawan di wilayah Pangeran Raymond dari Toulouse sebagai pembenaran untuk memulai pengobaran penganiayaan terhadap pangeran dan ke1ompok Albigenses. Pada Konsili Lateran IV, tahun 1215, kutukan terhadap ke1ompok ini disertai dengan tindakan keras. Untuk melaksanakannya, ia mengirim agen di seluruh Eropa untuk membangkitkan pasukan untuk bertindak bersama-sama melawan Albigenses dan menjanjikan surga kepada semua yang mau bergabung serta berperang se1ama 40 hari dalam hal yang ia sebut Perang Kudus.

Selama perang yang paling tidak kudus ini, yang berlangsung antara 1209 sampai 1229, Pangeran Raymond membela kota Toulouse serta tempat-tempat lainnya di wilayahnya dengan keberanian yang besar dan kesuksesan melawan tentara Simon de Montfort, Panger an Monfort dan bangsawan Gereja Roma yang fanatik. Ketika pasukan paus tidak mampu mengalahkan Pangeran Raymond seeara terbuka, raja dan ratu Praneis serta tiga Uskup Agung mengerahkan tentara yang lebih besar, dan dengan kekuatan militer mereka, mereka membujuk pangeran itu untuk datang ke konferensi perdamaian serta menjanjikan jaminan keamanan kepadanya. Namun ketika ia tiba, secara ia ditangkap, dan dipenjara, dan dipaksa untuk muncul dengan kepala telanjang dan kaki telanjang di depan musuh-musuhnya untuk menghinanya, dan dengan berbagai siksaan yang dilakukan untuk menangkal sikap oposisinya terhadap doktrin Paus.

Pada awal penganiayaan tahun 1209, Simon de Montfort membantai penduduk Beziers. Ini merupakan contoh kecil kekejaman yang ditimbulkan tentara paus terhadap Albigenses selama 20 tahun. Selama pembantaian itu, seorang prajurit bertanya bagaimana ia bisa membedakan antara orang Kristen dengan bidat. Pemimpinnya dikatakan menjawab, "Bunuh mereka semua. Allah tahu siapa milik-Nya."

Setelah penangkapan Pangeran Raymond, Paus menyatakan bahwa kaum awam tidak diperbolehkan untuk membaea Kitab Suci dan selama sisa abad ke-13 berikutnya, kelompok Albigenses bersama dengan Waldenses dan kelompok reformed lainnya, merupakan target utama Inkuisisi di seluruh Eropa.



Image
Sidang Inquisisi



Inkuisisi


Inkuisisi adalah pengadilan Gereja abad pertengahan yang ditunjuk untuk mengusut bidat, yang disebut demikian karena menentang kesalahan dan tradisi Gereja Roma. Nama yang tidak terkenal ini digunakan dalam arti lembaga itu sendiri, yang adalah episkopal (diperintah oleh Uskup atau uskup-uskup) atau Paus, secara regional atau lokal; anggota pengadilan; dan cara kerja pengadilan.

Dalam perang melawan Albigenses, Paus Innocentius III menunjuk penyidik khusus seperti biarawan Dominikan, yang selama perang mendirikan ordo Dominikan, pada tahun 1215. Namun, masih belum ada kantor khusus untuklnkuisisi itu. Pada tahun 1231, Paus Gregorius IX seeara resmi mendirikan Inkuisisi Roma. Meniru hukum yang diberlakukan Kaisar Romawi yang Kudus Frederick II terhadap Lombardy, Italia, pada tahun 1224, dan diperluas mencakup seluruh kerajaannya pada 1232, Gregorius memerintahkan agar bidat yang sudah diputuskan bersalah ditangkap oleh penguasa sekuler, dan dibakar. Ia juga memerintahkan agar para bidat dikejar-kejar dan diperiksa di depan sidang gereja.

Paus Gregorius IX memercayakan tugas yang keji itu kepada ordo biarawan Dominikan dan Fransiskan; memberi mereka hak eksklusif untuk memimpin berbagai sidang pengadilan Inkuisisi, yang memiliki kekuasaan yang tak terbatas sebagai hakim di tempatnya dan kuasa untuk mengucilkan, menyiksa atau mengeksekusi banyak orang yang dituduh melakukan kebidatan atau oposisi terhadap pemerintahan paus yang terkecil sekalipun. Ia lebih jauh memberi mereka otoritas untuk menyatakan perang terhadap orang yang diputuskan sebagai bidat dan melakukan kesepakatan dengan pangeran yang berkuasa serta menggabung tentara mereka dengan pasukan pangeran. Mereka juga diberi kuasa untuk bertindak terlepas dari petugas gereja lokal apa pun dan untuk melibatkan mereka dalam pemeriksaan Inkuisisi mereka jika mereka terlibat dengan pekerjaan mereka dalam cara apa pun. Secara alamiah, kekuasaan Inkuisisi yang independen ini sering kali menjadi penyebab perpecahan dengan imam dan uskup lokal.



Proses interograsi, dan penderaan dalam lembaga Inquisisi
Pelaksanaan dilakukan oleh para rahib yang "suci" :


Image
Image
Image



Dikatakan bahwa semangat mereka untuk mengeksekusi musuh-musuh Gereja Roma diilhami oleh isu yang beredar di seluruh Eropa bahwa Gregorius bermaksud untuk menyangkal kekristenan. Untuk menangkal isu itu, Gregorius memulai perang yang kejam terhadap musuh-musuh Roma, yang mencakup orang-orang Protestan, Yahudi, dan Muslim.

Setiap Inkuisisi terdiri dari sekitar 20 petugas: penyidik agung; tiga penyidik atau hakim utama; pengawas keuangan; petugas sipil; petugas untuk menerima dan mempertanggungjawabkan uang denda; petugas yang serupa untuk harta benda yang disita; beberapa orang penilai untuk menilai harta benda; sipir penjara; konselor untuk mewawancarai dan menasihati tertuduh; pelaksana hukuman untuk melakukan penyiksaan, penahanan, dan pembakaran; dokter untuk mengawasi siksaan; ahli bedah untuk memperbaiki kerusakan tubuh yang disebabkan oleh penyiksaan; petugas untuk mencatat pelaksanaan dan pengakuan dalam bahasa Latin; penjaga pintu; dan kenalan yang menyelinap masuk untuk mendapatkan kepercayaan orang-orang yang dicurigai bidat kemudian memberi kesaksian untuk menentang mereka. Setiap pengadilan juga memiliki saksi atau pemberi informasi yang menentang tertuduh, dan pengunjung istimewa, yang disumpah untuk menjaga rahasia prosedur serta pelaksanaan hukuman yang mereka saksikan.

Pertama Inkuisisi itu hanya menangani tuduhan tentang bidat, tetapi kekuasaannya segera meluas hingga mencakup tuduhan seperti tenung, alkimia, penghujatan, penyimpangan seksual, pembunuhan anak, pembacaan Alkitab dalam bahasa umum, atau pembacaan Talmud oleh bangsa Yahudi atau Alquran oleh orang-orang Muslim. [Pada saat tuduhan ten tang bidat menjadi kurang popular pada akhir abad ke-15, jumlah penyihir dan ahli tenung yang dibakar makin meningkat; hal ini membenarkan dan memperpanjang keberadaan Inkuisisi. ]

Tidak peduli apa pun tuduhannya, pelaksana Inkuisisi melakukan pemeriksaan mereka dengan kekejaman yang luar biasa, tanpa memiliki belas kasihan kepada siapa pun tidak peduli berapa usia, apa jenis kelamin, suku bangsa, keturunan bangsawan, posisi atau tingkat sosial yang istimewa, atau bagaimana kondisi fisik atau mental mereka. Dan mereka terutama bersikap kejam terhadap orang-orang yang menentang doktrin dan otoritas paus, terutama orang-orang yang sebelumnya adalah penganut Gereja Roma dan sekarang menjadi Protestan.

Ada sebagian tokoh Gereja yang berusaha melakukan pembelaan (apologetic). Tentang upaya apologetik dalam soal Inquisisi itu, Peter de Rosa, dalam bukunya, Vicars of Christ: The dark Side of the Papacy, mencatat, bahwa sikap itu hanya menambah kemunafikan menjadi kejahatan. (it merely added hypocricy to wickedness). Yang sangat mengherankan dalam soal ini adalah penggunaan cara siksaan dan pembakaran terhadap korban. Dan itu bukan dilakukan oleh musuh-musuh Gereja, tetapi dilakukan sendiri oleh orang-orang tersuci yang bertindak atas perintah "wakil Kristus" (Vicar of Christ).

Peter de Rosa mencatat: How ever, the Inquisition was not only evil compared with the twentieth century, it was evil compared with the tenth and elevent when torture was outlawed andmen and women were guaranteed a fair trial. It was evil compared with the age of Diocletian, for no one was thentortured and killed in the name of Jesus crucified. (Betapa pun, inquisisi tersebut bukan hanya jahat saat dibandingkan dengan (nilai-nilai) abad ke-20, tetapi ini juga jahat dibandingkan dengan (nilai-nilai) abad ke-10 dan ke-11,saat dimana penyiksaan tidak disahkan dan laki-laki serta wanita dijamin dengan pengadilan yang fair. Ini juga jahat dibandingkan dengan zaman Diocletian, dimana tidak seorang pun disiksa dan dibunuh atas nama Jesus yang tersalib). [1]

Pembelaan di depan Inkuisisi hampir tidak ada gunanya karena tuduhan yang dikenakan pada mereka sudah menjadi bukti yang cukup untuk menyatakan kesalahan, dan makin besar kekayaan tertuduh, makin besar bahaya yang ia tanggung. Sering kali seseorang dieksekusi bukan karena ia bidat, melainkan karena ia memiliki harta benda yang banyak. Sering kali tanah dan rumah yang luas atau bahkan provinsi atau wilayah kekuasaan dirampas oleh Gereja Roma atau oleh penguasa yang bekerja sarna dengan Inkuisisi dalam pekerjaan mereka.

Orang-orang yang dituduh oleh Inkuisisi tidak pernah diizinkan untuk mengetahui nama penuduh mereka dan dua orang pemberi informasi biasanya sudah cukup untuk memberikan tuduhan. Setiap metode pembujukan digunakan oleh pelaku Inkuisisi untuk membuat tertuduh mengakui tuduhan itu dan karena itu membuktikan tuduhan terhadap mereka, dan meyakinkan diri mereka sendiri. Untuk melakukannya, setiap cara penyiksaan fisik yang dikenal atau yang bisa dibayangkan digunakan - seperti merentangkan kaki tangan mereka pada alat perentang; membakar mereka dengan arang panas atau logam yang dipanaskan; mematahkan jari-jari tangan dan kaki; meremukkan kaki dan tangan; mencabut gigi; meremas daging dengan penjepit; menusukkan pengait ke bagian tubuh yang lunak dan menarik pengait itu menembus dagingnya; menyayat daging mereka menjadi potongan kecil-kecil; menancapkan jarum ke dalam daging; menancapkan jarum di bawah kuku jari tangan atau kaki; mengencangkan tali pengikat di sekeliling daging sampai menembus tulang; memukuli dengan tongkat dan pentung; memelintir kaki dan tangan serta melepaskan sendi mereka. Cara yang digunakan oleh para pelaksana Inkuisisi yang kejam terlalu banyak jumlahnya, dan terlalu mengerikan untuk dicatat.

Pada awal penyidikan, yang dicatat dalam bahasa Latin oleh petugas, orang yang dicurigai dan saksi harus bersumpah bahwa mereka akan menyingkapkan segala sesuatu. jika mereka tidak mau bersumpah, hal itu ditafsirkan sebagai tanda persetujuan dengan tuduhan. Jika mereka menyangkal tuduhan tanpa bukti bahwa mereka tidak bersalah, atau jika mereka dengan bandel menyangkal untuk mengakui, atau bertahan dalam kebidatan mereka; mereka akan diberi hukuman yang paling kejam, harta benda mereka disita dan, hampir tanpa perkecualian, mereka dihukum mati dengan cara dibakar. Sayang, beberapa oknum yang terlibat di dalamnya sangat licik. Oleh karena Gereja Roma berkata bahwa kita tidak diperbolehkan mencurahkan darah, jadi bidat yang bersalah diserahkan kepada penguasa sekuler yang menjalin kerja sama dengan mereka untuk dihukum dan dieksekusi.

Setelah Inkuisisi selesai menghakimi, upacara yang khidmat diadakan di tempat eksekusi; yang dikenal sebagai sermo generalis ("khotbah umum") atau, di Spanyol, sebagai auto-de-fe (tindakan iman), Acara itu dihadiri oleh pejabat lokal, para imam, dan semua, entah musuh atau ternan bidat itu, yang ingin melihat hukuman atau eksekusi. Jika bidat yang dikutuk mengakui tindakan.

bidat mereka, dan menyangkalnya, mereka akan diberi hukuman, yang berkisar dari hukuman cambuk yang berat atau dibuang ke kapal dagang. Dalam kasus mana pun, semua harta benda dan barang-barang mereka disita untuk digunakan oleh Gereja Roma atau oleh penguasa lokal.

Jika tertuduh terus-menerus berpaut pada kebidatan mereka, dengan sikap khidmat, mereka dikutuk dan diserahkan kepada pe1aksana hukuman untuk dibakar segera agar dilihat semua orang. Dengan pertunjukan kepada umum ini, para pejabat gereja berharap agar ketakutan terhadap Inkuisisi akan membara dalam pikiran dan hati orang-orang yang melihat nyala api membakar bidat yang menentang Gereja Roma. Namun, orang-orang yang memiliki iman yang sejati kepada Kristus sesungguhnya justru semakin teguh imannya ketika melihat keberanian para martir, dan kasih karunia Allah yang memelihara mereka melalui siksaan, dan nyala api.

Dari semua petugas Inkuisisi di seluruh dunia, Inkuisisi di Spanyol adalah yang paling aktif dan sadis; itu merupakan contoh dari bahaya yang luar biasa dari pemberian kekuasaan yang tak terbatas atas tubuh dan kehidupan orang-orang yang tidak kudus yang menyatakan diri kudus.

Image


selngkapnya http://www.sarapanpagi.org/inkuisisi-dalam-sejarah-gereja-vt1554.html
READ MORE - r: both;'/>

yesus alam metodolgi



Berikut ini saya kirimkan sebuah investigasi menarik dari milis tetangga, sebuah mitologi yang serupa dengan kehidupan yesus (versi kristen) berdasarkan penelitian para sejarawan sbb
1. Dianggap Tuhan atau Dewa
-Yesus ---> Tuhan Kristen
-Mithra ---> Dewa Persia Kuno
-Osiris ---> Dewa Mesir Kuno
-Baachus ---> Tuhan Yunani Kuno

2. Tanggal Kelahiran
-Yesus ---> Tanggal 25 Desember
-Mithra ---> Tanggal 25 Desember
-Osiris ---> Tanggal 25 Desember
-Baachus ---> Tanggal 25 Desember

3. Pengharapan orang
-Yesus ---> Mesias yg ditunggu
-Mithra ---> Perantara yg ditunggu
-Osiris ---> Pembebas yg ditunggu
-Baachus ---> Pembebas yg ditunggu

4. Lahir dari Ibu Perawan
-Yesus ---> Seorang perawan Maria
-Mithra ---> Seorang perawan Aishev
-Osiris - --> Seorang perawan Naeith
-Baachus ---> Seorang perawan Demeter

5. Kematian
-Yesus ---> Mati Disalib
-Mithra ---> Mati Dibunuh
-Osiris ---> Mati Dibunuh
-Baachus ---> Mati Dibunuh

6. Tujuan Kematian
-Yesus -> Menebus dosa manusia
-Mithra -> Menebus dosa manusia
-Osiris -> Menebus dosa manusia
-Baachus -> Menebus dosa manusia

7. Kebangkitan
-Yesus -> 3 hari dr penyaliban
-Mithra -> 3 hari dr pembunuhan
-Osiris -> 2 hari 3 malam dari pembunuhan
-Baachus -> 3 hari dari pembunuhan

8. Triteisme
-Yesus -> Oknum dr Trinitas (Anak,Bapa,Roh Kudus)
-Mithra -> Oknum dr Tridewa (Mitra,Ahirman,Ohrzmad)
-Osiris -> Oknum dr Tridewa (Osiris,Isis,Horus)
-Baachus -> Oknum dr Tridewa (Baachus,Apolos,Yupiter)

9. Kedatangan kedua kali ke dunia
-Yesus -> Menjelang kiamat
-Mithra -> Menjelang kiamat
-Osiris -> Menjelang kiamat
-Baachus -> Menjelang kiamat
READ MORE - yesus alam metodolgi r: both;'/>

Jumat, 11 Juni 2010

Bill Clinton: Teroris Kristen Ancam Pemerintah AS

Senin, 19/04/2010 08:26 WIB | email | print | share
Mantan presiden AS Bill Clinton memperingatkan adanya kekuatan yang tumbuh dari organisasi Kristen militan Amerika, yang mengancam Pemerintah Pusat di Washington.
Clinton mengatakan bahwa milisi kristen ekstremis ini di Amerika masih merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat, namun sarana komunikasi yang berkembang memungkinkan mereka untuk melakukan koordinasi dan berkomunikasi dengan cepat.
Clinton mengatakan: "Apa yang paling mengkhawatirkan kami saat ini adalah kemungkinan ditemukan materi-materi berbahaya melalui Internet, misalnya, bagaimana cara membuat bom dan bahan peledak," seperti dilaporkan CNN.
Mantan Presiden AS ini juga memperingatkan akan gelombang meningkatnya gejala ekstremisme dalam masyarakat Amerika dan semakin kuatnya pengaruh kelompok-kelompok bersenjata lokal, ia mengatakan suasana di negara AS saat ini mirip dengan apa yang pernah terjadi dalam peristwa tanggal 19 April 1995, ketika ekstrimis Kristen AS melakukan pemboman terhadap gedung federal di Oklahoma, yang menewaskan 168 orang.
Ledakan Oklahoma dilakukan oleh ekstrimis kristen pada tahun 1995 oleh seorang warga Amerika bernama James Timothy McVeigh, yang dieksekusi oleh pemerintah pada tahun 2001, dianggap sebagai serangan teroris yang paling kejam dalam sejarah Amerika sampai akhirnya terjadi serangan September 2001.
McVeigh menggunakan sebuah truk yang berisi bahan peledak dan menggunakannya untuk meledakkan gedung, dan serangan McVeigh tersebut bertepatan dengan peringatan konfrontasi bersenjata yang terjadi antara militer Amerika dengan David Koresh penganut ajaran kristen ekstrimis pada tahun 1993.
Sebelumnya agen-agen FBI telah menahan setidaknya sembilan anggota sebuah kelompok milisi Kristen yang didakwa atas tuduhan berkomplot untuk berperang melawan pemerintah AS, di negara bagian Michigan setelah sebelumnya juga FBI melakukan tindakan keras terhadap kelompok itu di negara bagian Indiana dan Ohio.
Hanya saja, yang aneh di masyarakat AS dan dunia pada kejadian Oklahoma, dari kejadian pemboman itu terjadi hingga sekarang, media-media AS tidak pernah mau menyatakan peristiwa pemboman itu dilakukan oleh teroris Kristen bahkan sebelum terungkap bahwa McVeigh - yang seorang kristen teroris - sebagai pelaku pemboman, seluruh media AS telah memvonis bahwa pelaku pemboman adalah umat Islam.(fq/imo)
READ MORE - r: both;'/>

KEBIADABAN KRISTEN TERHADAP ISLAM
[ FAKTA SEJARAH ]
Mau Membantah Fakta Sejarah ? Gampang, Pergi Kemasa Lalu Dan Ubah Sejarah, Tapi Apa Mungkin ? Agar tidak dituduh memfitnah, orang kristen punya hak untuk menjawab fakta-fakta HISTORIS kebiadaban kristen mulai dari dahulu,

1. Tahun 630 (8 H). Utusan Nabi Muhammad, Al-Harits ibu Umair al-Azady, yang membawa surat untuk pemimpin Bushro, dihadang dan diculik untuk selanjutnya Mdipenggal lehernya oleh pegawai Romawi atas perintah Kaisar Romawi, Heraklius. Padahal, membunuh duta merupakan kejahatan yang amat sama halnya dengan mengumumkan perang. Akibat kebiadaban kaisar Kristen ini timbullah perang Mut'ah dan perang Tabuk antara umat Islam melawan Kristen Romawi. Inilah konflik pertama kali antara umat Islam dengan orang Kristen. Dan seperti yang terpampang dalam sejarah, Kristen lah yang lebih dulu membunuhi umat Islam.

2. Tahun 1064. Rombongan peziarah Kristen sebanyak 7000 orang yang dipimpin oleh seorang Uskup telah menyerang orang-orang Arab dan Turki di Yerusalem.

3. 15 Juli 1099, Yerusalem ditaklukan. 60.000 orang dibunuh, terdiri dari  orang-orang Yahudi, Muslim, laki-laki, perempuan dan anak-anak. Dilukiskan  oleh saksi mata Kengerian begitu dahsyat: "Kami harus berjalan didalam darah  musuh kami sedalam mata kaki". Akhirnya pada 15 Juli 1099, Yerusalem (Baitul Maqdis) jatuh ke  tangan   pasukan Salib, tercapailah cita-cita mereka. Berlakulah keganasan luar biasa yang belum pernah terjadi dalam
sejarah umat manusia. Kaum kafir Kristen itu telah menyembelih penduduk sipil Islam baik  lelaki, perempuan dan anak-anak dengan sangat ganasnya. Mereka juga membantai orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen yang enggan  bergabung dengan kaum Salib. Keganasan kaum Salib Kristen yang sangat luar biasa itu  telah dikutuk dan diakui oleh para saksi dan penulis sejarah yang terdiri  dari berbagai agama dan bangsa. Seorang ahli sejarah Prancis, Michaud berkata: "Pada saat penaklukan Yerusalem oleh orang Kristen tahun 1099, orang-orang Islam dibantai di  jalan-jalan dan di rumah-rumah. Yerusalem tidak punya tempat lagi bagi orang-orang yang kalah itu. Beberapa orang coba mengelak dari kematian dengan cara mengendap-endap dari benteng, yang lain berkerumun di  istana dan berbagai menara untuk mencari perlindungan terutama di masjid-masjid. Namun  mereka tetap tidak dapat menyembunyikan diri dari pengejaran orang-orang Kristen itu.
Tentara Salib yang menjadi tuan di Masjid Umar, di mana orang-orang Islam coba mempertahankan diri selama beberapa lama menambahkan lagi adegan-adegan yang mengerikan yang menodai penaklukan Titus. Tentara infanteri dan kavaleri lari tunggang langgang di antara para buruan. Di tengah huru-hara yang mengerikan itu yang terdengar hanya rintihan dan jeritan kematian. Orang-orang yang menang itu menginjak-injak tumpukan mayat ketika mereka lari mengejar orang yang coba menyelamatkan diri dengan sia-sia."Raymond d'Agiles, yang menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepalanya sendiri mengatakan: "Di bawah serambi masjid yang melengkung itu, genangan  darah di dalamnya mengenai lutut dan mencapai tali kekang kuda." Aksi pembantaian hanya berhenti beberapa saat saja, yakni ketika pasukan Salib itu berkumpul untuk menyatakan rasa syukur kepada Tuhan mereka Yesus Kristus atas kemenangan mereka. Tapi begitu upacara perayaan itu selesai, pembantaian diteruskan dengan lebih ganas lagi.
Seterusnya Michaud berkata: "Semua yang tertangkap yang disisakan dari pembantaian pertama, semua yang telah diselamatkan untuk mendapatkan upeti, dibantai dengan kejam. Orang-orang Islam itu dipaksa terjun dari puncak menara dan bumbung-bumbung rumah, mereka dibakar hidup-hidup, diseret dari tempat persembunyian bawah tanah, diseret ke hadapan umum dan dikurbankan di tiang gantungan."Selanjutnya Michaud menambahkan: "Air mata wanita, tangisan anak-anak,  begitu juga pemandangan dari tempat Yesus Kristus memberikan ampun kepada para algojonya, sama sekali tidak dapat meredakan nafsu membunuh orang-orang yang menang itu. Penyembelihan itu berlangsung selama seminggu.Beberapa orang yang berhasil melarikan diri, dimusnahkan atau dikurangkan jumlahnya dengan perbudakan atau kerja paksa yang mengerikan."
Archbishop Tyre, saksi mata melukiskan peristiwa itu sbb:
"It was impossible to look upon the vast numbers of the slain without  horror; everywhere lay fragments of human bodies, and the very ground was covered with the blood of the slain. It was not alone the spectacle of  headless bodies and mutilated limbs strewn in all directions that roused the horror of all who looked upon them. Still more dreadful was it to gaze upon  the victors themselves, dripping with blood from head to foot, an ominous  sight which brought terror to all who met them. It is reported that within  the Temple enclosure alone about ten thousand infidels perished."

"Adalah mustahil untuk melihat keatas angka-angka luas yang dibunuh tanpa kengerian; di mana-mana diletakkan bagian-bagian tubuh manusia, dan seluruh lantai telah tertutup oleh darah para korban. Itu tidak sendiri karena  pertunjukan besar tubuh-tubuh tanpa kepala dan terpotong-potong yang ditaburkan di segala jurusan, benar-benar membangunkan kengerian bagi semua  yang melihatnya. Meski demikian yang lebih seram adalah untuk menatap atas para pemenang diri mereka, menitikkan darah seluruh badan, suatu penglihatan  tidak menyenangkan yang membawa teror bagi semua menjumpainya. Itu  dilaporkan di dalam lampiran kuil itu sendiri bahwa sekitar sepuluh ribu orang pengkhianat binasa."

Gustave Le Bon telah mensifatkan penyembelihan kaum Salib Kristen sebagaimana kata-katanya: "Kaum Salib kita yang 'bertakwa' itu
tidak memadai  dengan melakukan berbagai bentuk kezaliman, kerusakan dan penganiayaan, mereka kemudian mengadakan suatu pertemuan yang memutuskan supaya dibunuh  saja semua penduduk Yerusalem yang terdiri dari kaum Muslimin dan bangsa Yahudi serta orang-orang Kristen yang tidak memberikan pertolongan kepada mereka yang jumlahnya mencapai 60.000 orang. Orang-orang itu telah dibunuh  semua dalam masa 8 hari saja termasuk perempuan, anak-anak dan orang tua,  tidak seorang pun yang terkecuali."

Gustave Le Bon dalam bukunya "La Civilisation Islamique er Arabe" hal.407 juga mengatakan, "Kekejaman yang dilakukan oleh tentara salib terhadap kawan  maupun lawan, tentara maupun rakyat sipil, wanita ataupun anak-anak, orang tua maupun anak muda, membuat mereka menduduki tempat teratas dalam sejarah  kekerasan".
Salah seorang saksi sejarah, Robert The Monk, menulis sbb:
"Tentara kami menyerbu seluruh lorong, medan, serta di atas bumbung-bumbung rumah yang bersambungan seperti singa yang kehilangan anaknya. Kami mencabik-cabik anak-anak dengan kejam. Kami membunuh orang tua dan muda dengan pedang. Untuk mempercepat kerja, kami menggunakan satu tali untuk mengantung leher beberapa orang."Tentara merampas dan merampok apa saja yang mereka temukan. Mereka bahkan merobek perut para korban untuk mencari emas dan uang. Apa saja yang ditemukan, mereka rampas. Akhirnya, Bohemond mengumpulkan semua yang selamat, lelaki ataupun perempuan, yang cacat dan tidak berdaya di dalam sebuah istana, dan membunuh mereka semua. Mereka meninggalkan yang muda untuk dijual di pasar budak Antiochia.
Godfrey Hardouinville melaporkan kepada Paus, "Di Yerusalem, umat Islam yang  ditangkap, dibunuh oleh orang-orang kami di halaman kuil Solomon hingga kuil  itu dipenuhi dengan darah yang menggenang sampai ke lutut."
Ahli sejarah Kristen yang lain, Mill, mengatakan: "Ketika itu diputuskan  bahwa rasa kasihan tidak boleh diperlihatkan terhadap kaum Muslimin.  Orang-orang yang kalah itu diseret ke tempat-tempat umum dan dibunuh. Semua kaum wanita yang sedang menyusu, anak-anak gadis dan anak-anak lelaki dibantai dengan kejam. Tanah padang, jalan-jalan, bahkan tempat-tempat yang  tidak berpenghuni di Yerusalem ditaburi oleh mayat-mayat wanita dan lelaki, dan tubuh anak-anak yang terkoyak-koyak. Tidak ada hati yang lebur dalam  keharuan atau yang tergerak untuk berbuat kebajikan melihat peristiwa mengerikan itu." Penaklukan Yerusalem oleh tentara Salib benar-benar diwarnai dengan  pembantaian yang tak pandang bulu (indiscriminate massacre). Kaummuslimin  -meliputi semua umur dan jenis yang tak berdaya- dibantainya.
K. Hitti  menuliskan, "Heaps of heads and hand feet were to be seen throughout the  street and squares of the city." (Tumpukan dari kepala-kepala dan kaki tangan korban pembantaian dipamerkan di jalan-jalan dan di sudut-sudut  kota).

Para ahli sejarah mencatat jumlah korban pembantaian itu sekitar 60.000 sampai 100.000 orang lebih. Peristiwa yang kejam ini, jika dibandingkan dengan penaklukan Shalahuddin al-Ayyubi dalam merebut kembali Yerusalem,  tentu menimbulkan pertanyaan, "Benarkah motivasi agama (Kristen) menjiwai perang ini?".
Karena, berbeda 180 derajat dengan pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Kristen, umat Islam sama sekali tidak melakukan pembantaian balasan ketika merebut kembali Yerusalem dibawah pimpinan Salahuddin Al-Ayyubi. Kristen  membantai sangat banyak umat manusia ketika merebut Yerusalem,
sementara  Islam dibawah pimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi berperilaku jauh lebih mulia dan beradab daripada Kristen ketika merebut Yerusalem kembali. Benar-benar  bertolak belakang sekali memang antara Islam dengan Kristen itu. Sikap Salahuddin ini menambah harum namanya, baik di mata lawan maupun  kawan.
Beberapa sejarawan Barat yang pernah menulis ketinggian pribadinya,  antara lain Stanley Lane Poole. Berikut kisah Shalahuddin Al-
Ayyubi: http://groups.yahoo.com

4. Tahun 1456. Pertempuran Belgrade 1456, 80.000 orang Turki dibunuh oleh orang-orang Kristen. Sampai disini saja entah sudah berapa banyaknya nyawa  umat manusia yang telah dihabisi oleh orang Kristen. Umat Yahudi disembelih,  umat Islam dibantai, bahkan umat seimanpun dihabisi juga oleh Kristen.Kekejaman dan kebiadaban Kristen memang terlalu spektakuler, mungkin sudah menjadi darah daging mereka untuk menghabisi nyawa orang. Buktinya jumlah  manusia yang telah dibunuh oleh orang Kristen berkali-kali lipat lebih  banyak daripada perbuatan sejenis yang dilakukan oleh umat Islam dan agama  lainnya.
5. 3 Juni 1502, terjadilah pembunuhan massal di Kalikut, sebuah
kota  pelabuhan di selatan India yang menjadi pusat perdagangan abad ke-16.  Pembunuhan massal yang terjadi atas para pedagang Arab itu dilakukan oleh Vasco Da Gama seorang pelaut Portugis dan pasukannya. Awalnya, Vasco da Gama atas perintah raja Manuel dari Portugal, melakukan ekspedisi laut untuk  mencapai India, salah satu tujuannya adalah untuk mencari rempah-rempah. Ekspedisi ini menggunakan empat kapal dengan 160 tentara dan pelaut.Mereka mengangkat sauh dari pelabuhan Lisabon tanggal 8 Juli 1497
dan tiba  di pelabuhan Calicut pada tanggal 22 Mei 1498. Sebagaimana imperialis Barat  lainnya, Vasco da Gama dengan segera mengklaim Calicut sebagai  wilayah dagangnya dan timbullah pertentangan dengan para pedagang Arab. Akhirnya, Vasco da Gama memerintahkan pasukannya untuk membunuh massal para pedagang Arab yang berjumlah 800 orang tersebut. Calicut kini telah beralih nama  menjadi Kozhikode.
6. 8 Mei 1621, 14.000 orang di pulau Banda, Maluku dibantai Kristen Belanda. Contoh kongkrit bisa dilacak lewat bukti lembaran sejarah pembantaian bangsa Banda pada tanggal 8 Mei 1621, yang menelan hampir seluruh jumlah penduduk  pulau Banda sebanyak 14.000 orang. Penduduk asli Banda tiada tersisa (Willard A. Hanna; Indonesian Banda Colonialism and its aftermath in the nutmeg island).
7. Tahun 1808-1811. Untuk memperkuat pertahanan di Pulau Jawa, Gubernur Jendral Herman William Daendels memerintahkan pembuatan jalan raya
dengan  kerja paksa (kerja rodi). Jalan itu sangat panjang, 1000 km terbentang dari  Anyer sampai Panarukan. Si Kristen bengis Daendels MEMAKSA rakyat Indonesia  untuk mengerjakan pembuatan jalan raya tersebut tanpa diberi upah. Ribuan  rakyat Indonesia mati menjadi korban dalam pembuatan jalan
tersebut.
8. Tanggal 4 Maret tahun 1823, pasukan Yunani dalam era peperangan melawan tentara Imperium Ottoman, melakukan pembunuhan massal terhadap 12 ribu  muslim di kota Tripolitza. Tentara Yunani dalam pertempuran itu mendapatkan  dukungan dari beberapa negara Eropa.
9. Pada tahun 1830, Van Der Cappelen digantikan oleh Van Den Bosch sebagai Gubernur Jendral di Hindia Belanda. Ia diberi tugas untuk mengisi  kas  keuangan Belanda yang kosong. Setelah memeras otak beberapa lama, Van Den  Bosch menemukan suatu cara. Ia memberlakukan kebijakan Cultur Stelsel atau Tanam Paksa. Tanam paksa menimbulkan penderitaan rakyat yang amat menyedihkan. Beban  rakyat semakin berat. Hasil pertanian pun semakin turun. Rakyat
mengalami kelaparan. Banyak rakyat Indonesia yang mati kelaparan, gara-gara penindasan  Kristen biadab. Sebaliknya, sistem tanam paksa ini menguntungkan Kristen  Belanda. Kas negara Belanda yang tadinya kosong, kini terisi kembali. Hasil  tanam paksa diangkut seluruhnya ke Belanda. Kemudian, hasil tersebut  digunakan untuk membangun negeri Belanda.
10. 10 November 1945, kekejaman penjajah Inggris di Surabaya.Pada bulan November 1945 terjadi perang yang amat sengit antara tentara  Inggris dengan pasukan Indonesia yang mempertahankan pelabuhan dan kota  Surabaya. Sekitar dua minggu pasukan Indonesia yang sebagian besar hanya  bersenjatakan senapan dan bambu runcing melawan tentara Inggeris yang  bersenjata lengkap dan modern dengan dibantu kapal-kapal altileri, angkatan udara dan tank-tank. Peristiwa pemboman atas kota Surabaya pada tanggal 10 November 1945 yang  dilakukan oleh Angkatan Perang Kerajaan Inggris, di mana diperkirakan telah jatuh korban sekitar 30.000 orang Indonesia tewas (beberapa pihak  menyebutkan "hanya" 12.000 korban tewas), yang banyak diantara korbannya  adalah para orangtua, wanita dan anak-anak ... adalah Crimes against  humanity!
Pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, ibukota propinsi Jawa Timur Indonesia, dengan dalih: kematian Brigjen Mallaby, rakyat dan pemuda  menghalangi perlucutan tentara Jepang oleh Sekutu, rakyat dan pemuda tidak  mau menyerahkan tawanan Jepang dan senjatanya kepada Sekutu, pada tanggal 10  Nopember 1945 kota Surabaya dibombardir oleh kapal-kapal Sekutu dari laut  dan pesawat-pesawat tempur mereka dari udara.Ribuan rumah di kota Surabaya hancur dan ribuan mayat bergelimpangan di  mana-mana, berhari-hari Sekutu melakukan serangan tersebut dengan kejam  tanpa pertimbangan perikemanusiaan sama sekali. Tujuan mereka supaya rakyat  dan pemuda minta ampun dan menyerah kepada Sekutu (;Kristen Inggris).

Tetapi rakyat dan pemuda Surabaya dan satuan-satuan bersenjata lainnya yang pantang menyerah dan pantang minta ampun, makin menguatkan tekad dan semangat untuk meneruskan perlawanan bersenjata terhadap siapa saja yang akan memaksakan kembalinya penjajahan di Indonesia.

Perlawanan yang gagah berani, pantang menyerah dan dengan semangat berkobar-kobar dari kaum patriot Indonesia untuk membela tanah airnya  melawan agresor di Surabaya itu membangkitkan semangat perlawanan patriot  Indonesia lainnya di seluruh Indonesia.Atas dasar ideologi dan semangat rakyat dan pemuda Surabaya yang pantang menyerah itulah maka tanggal 10 Nopember dijadikan "Hari Pahlawan" di Indonesia.

Dalam pertempuran Surabaya melawan pasukan Inggris pada bulan November 1945  ini, tidak sedikit peranan pemuda-pemuda Tionghoa dan Arab yang
ikut  berjuang, bahu membahu melawan penyerbuan Kristen Inggris. Berkenaan dengan  pertempuran Surabaya, pada tanggal 12 November 1945, Bung Karno  mengucapkan pidato antara lain

"Ratusan orang Tionghoa dan Arab yang tidak bersalah dan suka damai, yang datang di negeri ini untuk berdagang, terbunuh dan luka-luka berat. Kurban di pihak Indonesia lebih banyak lagi. Saya protes keras terhadap pemakaian senjata modern, yang ditujukan kepada penduduk kota yang tidak sanggup mempertahankan diri untuk melawan".
11. 5 Juli 1962, setelah berjuang selama bertahun-tahun dan mengorbankan sekitar saju juta syuhada, rakyat muslim Aljazair akhirnya berhasil meraih  kemerdekaan mereka.Pada tahun 1830, Prancis datang menyerang Aljazair dengan tujuan
menjadikan negara itu sebagai wilayah jajahannya, namun mendapat perlawanan
keras dari  bangsa Aljazair. Salah satu pejuang kemerdekaan Aljazair yang
terkemuka adalah Amir Abdul Qadir Aljazairi sejak tahun 1932. Pada 18 Februari 1834, tentara Prancis mengalami kekalahan telak
melawan  pasukan Amir Abdul Qadir Aljazairy. Sepertiga tentara Prancis
tewas dalam  pertempuran itu dan setengah dari tentara yang masih hidup menjadi tawanan  perang.

Kristen kolonialis Prancis yang baru pertama kalinya mengalami
kekalahan besar di Afrika, menawarkan perdamaian. Namun, pemimpin perjuangan
rakyat Aljazair, Amir Abdul Qadir Aljazairy itu menolak tawaran damai itu
dan meneruskan perjuangannya sehingga hampir seluruh kawasan Aljazair
berhasil dibebaskan. Namun pada tahun 1836, tentara Prancis kembali
mengalahkan pasukan Abdul Qadir.Pada tanggal 18 November 1839, dimulailah periode kedua perjuangan
rakyat Aljazair melawan penjajahan Prancis. Dalam perang ini, Kristen
Prancis  menambah pasukannya dalam jumlah besar dan menggunakan strategi
penghancuran terhadap basis-basis militer Abdul Qadir.
Selain itu, tentara Prancis juga membuat rakyat kelaparan dengan
cara menghancurkan ladang, kebun buah, dan hewan ternak. Akhirnya, Amir
Abdul Qadir terpaksa menyerah pada tahun 1847 dan dipenjarakan di
Prancis. Dengan kekalahan tersebut, Prancis pun berkuasa penuh atas Aljazair.
Dengan leluasa, Prancis menguras hasil bumi negara ini dan menindas
rakyat Aljazair.Sekitar satu abad kemudian, setelah Perang Dunia Kedua, sekali
lagi rakyat Aljazair memulai perjuangannya melawan penjajahan Prancis. Pada tanggal 31 Juli 1962, barulah Aljazair meraih kemerdekaannya.
12. 19 Juni 1971. Sekitar 70 orang Moro, baik laki-laki, wanita
dan  anak-anak tanpa ampun dibantai oleh kelompok Ilaga Movement yang
dibacking  orang-orang Katolik Biadab dari Militer Filipina pada salah satu
masjid di  Barrio Manili, Carmen Cotabato Utara. Peristiwa yang kemudian
dikenal dengan  Pembantaian Manili ini, membuktikan bahwa peperangan antara bangsa
Moro  melawan Filipina adalah konflik religius. Yaitu kebencian mendalam
Katolik Filipina terhadap agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk
di  Mindanao Selatan. Sampai detik ini total lebih dari 30 ribu muslim
di  Filipina yang tewas menjadi korban kekejaman pemerintah Filipina.
13. Tahun 1982. Pada tanggal 17 September 1982, terjadi pembunuhan
massal  terhadap warga sipil Palestina yang menghuni kamp penampungan
Shabra dan  Shatila di Lebanon oleh kelompok Phalang/Kristen dari Tentara
Lebanon  Selatan (SLA) yang didukung oleh tentara Zionis Israel.Dengan persetujuan Menachem Begin, Perdana Menteri Israel dan atas
perintah Ariel Sharon, Menteri Perang Israel pada waktu itu, pada dini hari
tanggal 17 September, tentara Zionis mengepung kamp pengungsi Shabra dan
Shatila.  Lalu, kelompok Phalang memasuki kamp tersebut dan memperkosa serta
membunuh warga sipil Palestina yang umumnya wanita, anak-anak, dan orang
tua.  Pembunuhan massal ini berlangsung selama 40 jam dan 3300 orang
telah terbunuh.
14. 14-15 April 1986. Selama dua hari Kristen AS atas perintah Presiden Ronald Reagan, -yang sudah mampus dan sedang dalam perjalanan
menuju neraka jahannam- mengebom Tripoli dan Benghazi, kota-kota terpenting di
Libya, yang menewaskan seratus orang menurut pers barat dan enam puluh orang
menurut  laporan resmi Libya, sebagian besar penduduk sipil. Tujuan Kristen biadab AS melakukan pengeboman itu adalah untuk
membunuh Presiden Libya yang berdaulat, Kolonel Muammar Qaddhafy, namun
hasilnya  ternyata meleset. Qaddhafy selamat, namun salah seorang anak
tirinya yang  tidak bersalah berhasil dimampuskan oleh Kristen biadab AS.Berikut bunyi sebuah surat yang cukup mengharukan dari seorang
anak  perempuan Libya berusia tujuh tahun, yang ia tujukan pada presiden
AS Ronald Reagan setelah pengeboman itu. Saudara perempuan satu-satunya
bocah cilik tersebut telah terbunuh akibat pemboman Kristen AS. Tulisan tangan bocah ini

15. Berbagai pembantaian Kristen terhadap Umat Islam terjadi dimana-mana hingga saat ini, negara-negara Muslim di fitnah dan penduduknya di bunuh mulai dari Irak, Palestina, Libya, Chechya, Filipina, Pakistan, Afganistan, Libanon, Maroko, Turki hingga Indonesia.... sampai saat ini.
READ MORE - r: both;'/>